Apakah Air Bah Nuh Universal atau Hanya Regional?
Saya pribadi percaya Alkitab mengajarkan Air Bah terjadi di seluruh bumi atau universal, bukan hanya regional. Sekalipun dituliskan bertahun-tahun kemudian, satu-satunya catatan saksi mata yang secara akurat menjabarkan Penciptaan adalah Alkitab, yang juga secara akurat menggambarkan apa yang biasanya kita sebut sebagai Air Bah Nuh.
Air Bah Nuh: Mengevaluasi Sains secara Singkat
Oleh kasih karunia Allah, sains telah memberikan banyak kontribusi, dan ada kalanya luar biasa bagi umat manusia. Namun, ketika diperhadapkan dengan teologi dan sains sering kali ia melanggar kebenaran Firman; khususnya atas isu-isu seperti Penciptaan dan Air Bah Nuh. Sering sebuah teori diperlakukan bak dogma, namun nantinya ternyata didapati salah. Misalnya, Nuklir Musim Dingin dari Carl Sagan. Sagan ikut menuliskan sebuah artikel di majalah Science pada tahun 1983 yang intinya menyatakan bahwa perang nuklir akan mengirimkan begitu banyak partikel debu ke dalam atmosfir planet kita sehingga hal ini akan menyebabkan perubahan iklim, menyerupai kejadian yang mungkin telah memunahkan dinosaurus. Namun, tujuh tahun kemudian pada edisi 1990 dari majalah Science, Sagan dan penulis lainnya mengakui bahwa perkiraan temperatur mereka salah. Jadinya nuklir musim dingin berubah menjadi nuklir musim gugur.
Berikutnya, kita dapat menyebutkan banyak kegagalan lainnya, termasuk, tapi jelas tidak terbatas pada: Challenger (1986), Chernobyl (1986), kode komputer yang hilang yang menyebabkan lenyapnya Mars Climate Orbiter (alat pengitar Mars untuk memeriksa iklim di sana) setelah memasuki atmosfir Mars (1999), Y2K (2000), dan MTBE (akhir 70an) yang digadang-gadang untuk menyelamatkan planet dari polusi, yang malah justru menjadi salah satu penyebab polusi paling parah pada masa ini.
Jadi, walaupun saya yakin mereka lebih banyak bermaksud baik, sains dapat membuat kesalahan, ada kalanya bahkan mengorbankan nyawa.
BioLogos menyebutkan bahwa sebagai sebuah organisasi, mereka berpedoman pada Iman Kristen historis, namun mereka mempertahankan pandangan tentang Penciptaan yang salah, yaitu Penciptaan yang berevolusi. Ketika mengevaluasi Air Bah Nuh, dengan tegas mereka menyampaikan:
Saat penemuan di dalam dunianya Allah bertentangan dengan interpretasi dari Firman Allah, orang-orang Kristen memiliki tiga opsi:
(1) Meninggalkan iman kita demi menerima hasil sains
(2) Menyangkal bukti ilmiah untuk memelihara interpretasi kita akan Firman
(3) Mempertimbangkan kembali interpretasi kita akan Firman sesuai dengan bukti dalam ciptaan Allah [1]
Apakah anda melihat umpan dan pergeserannya? BioLogos mengklaim sebagai sebuah organisasi Kristen. Namun, akhirnya malah menempatkan sains - sekalipun teori-teorinya terus berubah-ubah - melampaui Firman, yang "tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya" (Ibr. 13:8)! Mengapa BioLogos, yang mengklaim berpegang pada Iman Kristen, tidak membeberkan semua opsi Kristen yang ada? Misalnya:
(4) Alkitab benar dan akurat adanya. Sains masih terus belajar dan dapat salah. Oleh karenanya, orang Kristen seharusnya hanya mempertimbangkan sains saat tidak melanggar bukti yang tidak mungkin salah yang kita ketahui dari Firman Allah yang tidak bersalah.
BioLogos pada intinya berperang dengan kisah Penciptaan dalam Kejadian. Motivasi mereka sangat jelas. Darrel Falk, bekas presiden BioLogos, menuliskan:
Opsi #1 adalah argumentasi standar yang diangkat oleh mereka yang percaya pada bumi yang masih muda, diciptakan Allah dalam enam hari yang dua-puluh-empat-jam per hari, kurang dari 10.000 tahun yang lalu. BioLogos hadir memang sebagian besar untuk mengenyampingkan pandangan ini dari Gereja. Bagian fundamental dari misi kami adalah untuk menunjukkan bahwa Opsi #1 tidak dapat dipertahankan. [2]
Berarti, BioLogos tidak menyertakan menemukan kebenaran "yang utuh" mengenai isu-isu yang bermunculan sebagai bagian dari misi mereka; hanya sebagian dari kebenaran yang mungkin - apapun yang bukti dapat singkapkan - penghancuran hal-hal fundamental dari Kekristenan - integritas dari Firman Allah sendiri. Namun, jika kebenaran yang utuh bukan sasaran sesungguhnya dari BioLogos maka hal inipun mendiskreditkan semua di dalam komunitas ilmiah dan teologis yang ikut mempublikasikan dan bersekutu dengan mereka. Menurut hemat saya, BioLogos bukanlah sebuah organisasi Kristen; melainkan sebuah sekte; organisasi serigala yang berbulu domba (Mat. 7:15). Silakan baca, "Apa itu BioLogos?" berikut ini.
Jadi, beberapa materi yang bersumber dari organisasi yang mengaku Sains Kristen tidak dapat dipercaya. Mereka bahkan tidak mencoba untuk menangani isu-isu ini secara etis.
Di sisi lain, kebanyakan dari komunitas ilmiah mulai dengan premis yang salah; mereka memandang proses-proses di dunia sebagai penyebab "primer", bukan sebagai penyebab "sekunder" sebagaimana kenyataan sesungguhnya. Sebuah "penyebab sekunder" adalah sebuah penyebab yang disebabkan oleh sesuatu, atau sebenarnya Seseorang, yang lain. Pengakuan Iman Westminster (5.2, 3) membeberkan poin ini dengan amat sangat jelas:
ii. Walaupun, dalam hal relasi terhadap pra-tahu dan ketetapan Allah, sang Penyebab pertama, segala sesuatu dijadikan untuk tidak dapat berubah (immutably), dan tidak bersalah (infallibly); namun, dengan providensi yang sama, Dia memerintahkan mereka untuk terjadi, seturut dengan natur penyebab sekunder, apakah itu sesuai kebutuhan, dengan bebas, atau sebagai pengganti.
iii. Allah, dalam providensiNya yang biasa-biasa saja, memutuskan menggunakan cara-cara, namun tetap bebas untuk bekerja tanpa, melampaui, dan bertentangan dengan cara-cara tersebut, seturut kehendaknya.
Secara keseluruhan Sains tidak memahami bahwa sekalipun Allah dapat menggunakan “cara-cara,” tetap Dia benar-benar mencipta; Dia juga “bebas untuk bekerja tanpa, melampaui, dan bertentangan dengan cara-cara tersebut, seturut kehendakNya.” Dengan kata lain, Allah tidak dibatasi oleh sekadar teori ilmiah. Allah bahkan tidak dibatasi oleh waktu dan ruang - sebagaimana layaknya Sains! Tentu Sains bebas untuk menyelidiki "cara-cara" Allah, namun mereka juga harus mengakui bahwa Allah tidaklah diperintah oleh cara-caraNya tersebut; sebaliknya Dialah yang memerintah mereka.
Oleh karena Air Bah Nuh, yang terbaik paling hanya tinggal sisa-sisa yang telah tercemar dari penciptaan awal (Rom 8:20-22). Terlebih lagi, para ilmuwan tidak memahami arti dari "sungguh amat baik" (Kej. 1:31) dalam istilah ilmiah bahkan apa sepenuhnya arti dari istilah tersebut - tidak seorangpun yang tahu kecuali Allah sendiri. Apa yang Allah nyatakan sebagai "sungguh amat baik" mungkin tidak terlihat seperti demikian bagi sains, karena masih sangat bayi dalam pemahaman bagaimana seluruh proses kehidupan saling berelasi satu dengan yang lainnya. Banyak ilmuwan tidak mengerti jalan-jalan Allah (Yes. 55:8-9) dan providensiNya (Kej. 50:20; Maz. 103:19; Mat. 5:45; Lukas 1:42; Gal. 1:15, dll.), sehingga menjadikan pandangan mereka akan Ciptaan, Air Bah Nuh, dll. paling tidak biar bagaimanapun juga tetap terdistorsi. Sekalipun sains memiliki sasaran yang tinggi, dan seharusnya mereka dipuji atas kebenaran-kebenaran yang telah mereka tunjukkan kepada kita, tetap perjalanan mereka masih panjang bahkan untuk memahami sepenuhnya sains mereka sendiri. Bagi kebanyakan orang, Penciptaan sepertinya berisikan jaringan yang hampir tidak berujung dari data-data yang saling bertautan; jadi untuk dapat tahu sesungguhnya dan sepenuhnya dan secara tepat mengaplikasikan sains, seseorang haruslah mengenal Allah, Sang Pencipta dari semua data dan bagaimana data-data ini berelasi, dll.
Jadi, mulai dari awal, ketika kita mempelajari Air Bah Nuh, kita memahami bahwa sains tidak memliki semua fakta dan ada kalanya bahkan salah dalam sebagian dari teori mereka; mereka mendiagnosa pasien Penciptaan dan 'penciptaan-ulang' (Air Bah Nuh) dengan data yang tidak lengkap dan sering salah. Sekalipun kita harus menerima hasil yang tidak melanggar Firman dan telah bertahan melewati ujian waktu, sampah yang lain bahkan tidak layak untuk disebut.
Saya lebih memilih untuk menempatkan iman saya pada perkataan kesaksian yang lebih pasti (2 Pet. 1:19). Firman tidak dapat salah (2 Tim. 3:16-17; 2 Pet. 1:20-21). Sekalipun tidak memberitahukan kita semua fakta, Firman ini diinspirasikan oleh Dia yang sejak awal telah menciptakan semua data yang sesungguhnya, termasuk data-data yang benar dari sains. Firman adalah tanpa kesalahan. Dalam menafsirkannya, kita perlu membandingkan Firman dengan Firman (scriptura sui ipsius interpres, Firman menafsirkan dirinya sendiri), bukan dengan ranah sains yang terus berubah-ubah.
Air Bah Nuh: Sebuah Peristiwa Bersejarah
Nuh adalah manusia sesungguhnya (Kej. 5:30-32). Air bah Nuh adalah peristiwa yang benar terjadi (Kej. 6:1-9:28). Pada saat Dia hidup di bumi, Yesus - Allah yang menjadi daging - mendiskusikan Nuh dan sama sekali tidak mengoreksi apapun dari catatan alkitabiah (Mat. 24:37-41; Lukas 17:26-30); karena diilhamkan oleh Roh Kudus (2 Tim. 3:16-17; 2 Pet. 1:20-21). Petrus juga memandang peristiwa-peristiwa ini dengan ketepatan sejarah (1 Pet. 3:19-20; 1 Pet. 4:6; 2 Pet. 2:5). Penulis Ibrani mengkonfirmasi Air Bah Nuh (Ibr. 11:7). Jadi, Air Bah Nuh pasti adalah bagian dari sejarah yang menebus (redemptive history).
Air Bah Nuh: Tujuan Allah
Apa tujuan Allah dalam Air Bah ini? Umat manusia hidup dalam dosa (Kej. 6:5-6). Allah menghukum dosa dengan adil (Rom. 3:23; 6:23). Berarti, Musa di bawah inspirasi Roh Kudus berkata:
Genesis 6:7, 11-13 Berfirmanlah TUHAN: "Aku akan menghapuskan manusia yang telah Kuciptakan itu dari muka bumi, baik manusia maupun hewan dan binatang-binatang melata dan burung-burung di udara, sebab Aku menyesal, bahwa Aku telah menjadikan mereka." … Adapun bumi itu telah rusak di hadapan Allah dan penuh dengan kekerasan. Allah menilik bumi itu dan sungguhlah rusak benar, sebab semua manusia menjalankan hidup yang rusak di bumi. Berfirmanlah Allah kepada Nuh: "Aku telah memutuskan untuk mengakhiri hidup segala makhluk, sebab bumi telah penuh dengan kekerasan oleh mereka, jadi Aku akan memusnahkan mereka bersama-sama dengan bumi."
Sulit untuk tidak melihat penekanan Roh Kudus dalam nats ini: “Aku telah memutuskan untuk mengakhiri hidup segala makhluk… jadi Aku akan memusnahkan mereka bersama-sama dengan bumi.” (Kej. 6:13). Perhatikan secara khusus penekananNya pada “segala makhluk,” dan “bumi itu,” bukan hanya sebagian makhluk atau sebagian bumi. Umat manusia hidup dalam kebobrokan mereka. Hal ini tidak berkenan bagi Allah (Kej. 6:5-6). Jadi, Allah menjawab. Dia sangat jelas di sini. Dia berbicara tentang pembinasaan dari setiap orang dan setiap binatang (“dunia”, Ibr. 11:7), dan menyelamatkan mereka yang berada di dalam Bahtera.
Kemudian tepat sebelum Air Bah, Allah memerintahkan Nuh dan keluarganya untuk mengambil hewan-hewan tertentu dan naik ke Bahtera (Kej. 7:1-3). Mengapa? Allah berkata, "Sebab tujuh hari lagi Aku akan menurunkan hujan ke atas bumi empat puluh hari empat puluh malam lamanya, dan Aku akan menghapuskan dari muka bumi segala yang ada, yang Kujadikan itu." (Kej. 7:4). Apa artinya "segala yang ada"? Allah adalah Pencipta dari semua kehidupan di atas bumi. Allahlah Pencipta seluruh laki-laki dan perempuan. Allahlah Pencipta semua binatang (Kej. 1:1-2:3; 4:1, 25; Kel. 20:11; Maz. 8:1-9; 33:6-9; 102:25-28; 104:1-35; 136:4-9; 148:1-14; Yes. 45:7-9, 11-12, 18; Kis. 17:26, dll.) Jadi, nats ini jelas, Allah akan membinasakan segala (makhluk hidup) yang ada - setiap laki-laki, perempuan, anak-anak, dan binatang - kecuali Nuh, keluarganya, dan binatang pilihan; yang semuanya Dia tutup (materaikan) di dalam (Kej. 7:16). Ini jelas bukan sekadar banjir di wilayah tertentu saja.
Seiring dengan kata universal yang terus berlanjut, kita diberitahukan dalam Kejadian 7:11-12 bahwa "…terbelah segala mata air samudera raya yang dahsyat dan terbukalah tingkap-tingkap di langit. Dan turunlah hujan lebat meliputi bumi empat puluh hari empat puluh malam lamanya." Dalam konteks dengan bagian selanjutnya dari kisah Genesis 6:1-9:28, kata-kata "semua/segala" dan "bumi" tidak mungkin merujuk hanya pada banjir wilayah. Narasi sejarah berlanjut dan kita perhatikan bagaimana kerusakan terus menjadi-jadi dan mencapai puncaknya di Kejadian 7:18-24:
Empat puluh hari lamanya air bah itu meliputi bumi; air itu naik dan mengangkat bahtera itu, sehingga melampung tinggi dari bumi. Ketika air itu makin bertambah-tambah dan naik dengan hebatnya di atas bumi, terapung-apunglah bahtera itu di muka air. Dan air itu sangat hebatnya bertambah-tambah meliputi bumi, dan ditutupinyalah segala gunung tinggi di seluruh kolong langit, sampai lima belas hasta di atasnya bertambah-tambah air itu, sehingga gunung-gunung ditutupinya. Lalu mati binasalah segala yang hidup, yang bergerak di bumi, burung-burung, ternak dan binatang liar dan segala binatang merayap, yang berkeriapan di bumi, serta semua manusia. Matilah segala yang ada nafas hidup dalam hidungnya, segala yang ada di darat. Demikianlah dihapuskan Allah segala yang ada, segala yang di muka bumi, baik manusia maupun hewan dan binatang melata dan burung-burung di udara, sehingga semuanya itu dihapuskan dari atas bumi; hanya Nuh yang tinggal hidup dan semua yang bersama-sama dengan dia dalam bahtera itu. Dan berkuasalah air itu di atas bumi seratus lima puluh hari lamanya.
Walaupun istilah Ibrani eretz yang diterjemahkan sebagai "bumi" dapat diartikan sebagai "tanah," frasa "segala gunung tinggi di seluruh kolong langit" (Kej. 7:19) sudah pasti mengandung makna universal. Jadi, karena konteks menentukan makna dari istilah kata, "bumi" berarti merujuk pada "seluruh dunia" (mis. Kej. 1:2; 18:18, 25; 22:18; Yer. 25:26, 29, 30; 26:6; Yes. 37:16, 20; 2 Raj. 19:19; Zak. 4:10, 14, dll.). "Air itu sangat hebatnya bertambah-tambah meliputi bumi," "ditutupinyalah segala gunung tinggi," "segala yang hidup," "segala binatang," "semua manusia," "segala yang ada nafas hidup dalam hidungnya," "segala yang hidup," "di atas bumi" dihapuskan dari atas "bumi." Sungguh pembinasaan yang mengerikan!
Pada tahap ini seharusnya sudah jelas bahwa bukan hanya satu ayat yang mencatat peristiwa Air Bah sebagai malapetaka universal; tapi banyak (Gen 6:12, 13, 17, 20; 7:4, 11, 19, 20, 21, 22, 23, 24; 8:5, 14, 21; 9:11, 19). Roh Kudus benar-benar memastikan untuk menyampaikan dengan jelas - segala sesuatu dibinasakan dalam Air Bah, kecuali mereka yang Allah tutupi di dalam Bahtera. Dia terus mengulang berkali-kali dengan menggunakan frasa yang berkaitan, bukan untuk membosankan kita, tapi agar kita tidak memiliki keraguan secuilpun atas apa yang Dia katakan: ini adalah Air Bah yang menimpa seluruh bumi.
Segala gunung, bukan hanya sebagian gunung yang tertutupi (Kej. 7:20). Karena air selalu mencari ketinggiannya sendiri; tidak mungkin dapat naik dan menutupi gunung-gunung lokal sementara membiarkan bagian lain di muka bumi ini tak tersentuh! Air bah menutupi gunung-gunung sampai pada kedalaman sekitar lima belas hasta (Kej. 7:19-20). Bagaimana mungkin ini hanya banjir wilayah jika setiap gunung di wilayah tersebut berada lima belas hasta di bawah air? Apakah air hanya berhenti lima belas hasta di atas setiap gunung dan membuat dinding agar tidak mengalir melampauinya? Memang ada dinding air di Kel. 14:22 (terkait dengan Laut Merah), tapi tidak di Kejadian 7:20. Mengapa? Karena tidak dibutuhkan mengingat ini adalah Air Bah yang menimpa seluruh dunia. Air Bah ini berlangsung selama satu tahun. Puncaknya setelah 150 hari (Kej. 7:11, 8:3-4); hanya pada saat itulah air bah ini mulai menyurut. Tidak mungkin ini hanya sebuah banjir lokal.
Allah menyelesaikan tujuanNya!
Penggunaan Kata "Semua/Segala"
Walaupun jelas benar bahwa kata-kata universal seperti "semua" terkadang mungkin digunakan dengan maksud terbatas dalam Firman (Markus 1:5; Yoh. 3:26, 8:2; Kis. 21:28), juga benar adanya bahwa terkadang SEMUA berarti SEMUA (Yoh. 2:24; Kis. 1:24; 17:25; Ibr. 12:23). Konteks selalu menjadi faktor penentu.
Kata "semua" (Ibrani: kol; kadang diterjemahkan sebagai "setiap," "segala sesuatu," atau "semuanya") digunakan berkali-kali dalam peristiwa Air Bah - 72 kali dalam 85 ayat (Gen 6:2, 5, 12, 13, 17, 19, 20, 21, 22; 7:1, 2, 3, 4, 5, 8, 11, 14, 15, 16, 19, 21, 22, 23; 8:1, 9, 17, 19, 20, 21, 22; 9:2, 3, 5, 10, 11, 12, 15, 16, 17, 19). Roh Kudus menyampaikan sesuatu dengan penuh kuasa dan jelas; SEMUA artinya SEMUA.
Nats yang Hiperbolik (membesar-besarkan)?
BioLogos dan kaum liberal lainnya, menegaskan bahwa "kisah ini menggunakan gaya literatur yang dikenal dengan "hiperbola" di sepanjang..." [1]. Dengan kata lain, kalau bukan peristiwa bersejarah ini tidak benar-benar terjadi (ini hanya mitos), maka paling banter, Allah sengaja membesar-besarkan Kejadian 6:1-9:28, sehingga pembaca tidak seharusnyalah mengartikan nats ini dengan makna bahwa benar terjadi Air Bah yang melanda seisi dunia, tapi hanya banjir lokal. Namun, jika ada yang menegaskan bahwa ayat ini hanya hiperbola (pembesaran, klaim yang tidak dimaksudkan untuk diterima bulat-bulat), maka seharusnyalah mengikuti bahwa "di sepanjang" artinya Nuh tidak pernah diselamatkan, karena itu juga hiperbola? Tapi Nuh, sang pengkhotbah kebenaran (2 Pet. 2:5), benar diselamatkan (Kej. 6:8; 7:16; Heb 11:7). Berarti, Kejadian 6:1-9:28 bukan hiperbola, namun catatan sejarah.
Konteks secara langsung dan jauh dari Kejadian 6:1-9:28 juga tidak menuntut sebuah interpretasi hiperbola. Dengan memperhatikan bagian yang mendahului kata “semua” - 72 kali digunakan dalam 85 ayat - merupakan bukti kokoh menyimpulkan bahwa nats ini tidaklah dapat dianggap sebagai kiasan.
Terlebih lagi, jelas-jelas ada ratusan cerita banjir dari budaya-budaya lainnya; bukan hanya satu, namun berasal dari banyak wilayah di seluruh dunia. Sekumpulan kecil contoh-contoh cukup untuk mendukung hal ini: (1) Kisah Epik dari Gilgamesh; (2) Nuh dalam Quran; (3) Manu dari Hindu Puranas; (4) Kisah Pedagang di Laut dari umat Buddha Samudda-Vanija Jataka; (5) Atrahasis dari beragam loh Akkadian; (6) Utnapishtim dari beragam loh Babilonia; (7) mitos Air Bah Mesir dari Kitab Mesir tentang Orang Mati; (8) Deucalion dan Pyrrha dalam mitologi Yunani; (9) Air Bah Darah dari Ymir dalam mitologi Norse; (10) Coxcox, sebuah mitos Aztec; (11) Air Bah Ife, mitos Yoruba-Nigeria; (12) Keluarga Fuhi, sebuah mitos air bah Tiongkok; (13) Bahtera Gumana, mitos Aborigin di Australia; (14) Nuu dan Air Bah, mitos Hawaii; (15) Roh Agung Suku Choctaw, mitos air bah Amerika Utara, dll.
Sekalipun semua ini dan kisah-kisah lainnya lebih merupakan mitos ketimbang fakta, bahkan mitospun sering adalah pengulangan kembali dari ingatan yang memudar atas sebuah peristiwa yang sungguh terjadi. Karena ada begitu banyak kisah air bah yang muncul dari banyak bagian dunia, hal ini memberikan keyakinan akan adanya sebuah Air Bah universal, bukan hanya lokal.
Allah memiliki tujuan ilahi dalam penekanan universalNya; Dia membenci dosa dan juga pendosa (Kej. 6:5-6; bdg. Maz. 5:4-6; 11:5-7; Ams. 6:16-19, dll.) dan adil dalam pembinasaanNya atas SEMUAnya. Sebagaimana pada masa Air Bah demikian juga pembinasaan dunia nantinya diperuntukkan bagi seluruh dunia (2 Pet. 3:1-13). Baca "Apakah bumi tinggal tetap selama-lamanya?" dan "Perihal Cinta-Benci" di bawah.
Air Bah Nuh: Problem Regional
Adam dan Nuh?
Ciptaan pada mulanya di Kejadian 1:1-2:4 dan Penciptaan kembali di Kejadian 6:1-9:29 saling berkaitan erat:
Adam Adam berada di dalam perjanjian (kovenan) dengan Allah (Hos. 6:7)
Nuh Nuh berada di dalam perjanjian (kovenan) dengan Allah (Kej. 9:8-17)
Adam "Siang" dan "malam" disebutkan pada zaman Adam (Kej. 1:5, 8, 13-14, 16-18, 23, 31; 2:2-4, 17)
Nuh "Siang" dan "malam" disebutkan pada zaman Nuh (Kej. 6:3-4; 7:4, 10-13, 17, 24; 8:3-6, 10, 12-14, 22; 9:29)
Adam bumi, binatang, air disebutkan pada zaman Adam (Kej. 1:1-2:4)
Nuh bumi, binatang, air disebutkan pada zaman Nuh (Kej. 6:1-9:29)
Adam Adam bermasalah dengan sebuah pohon (Kej. 3:6)
Nuh Nuh bermasalah dengan sepokok anggur (Kej. 9:20-21)
Adam Allah menutupi Adam (Kej. 3:21)
Nuh Sem dan Yafet menutupi Nuh (Kej. 9:23)
Adam Adam: Berkat dan Kutuk (Kej. 3:14-19)
Nuh Nuh: Berkat dan Kutuk (Kej. 9:25-27)
Adam Adam mati (Kej. 5:5)
Nuh Nuh mati (Kej. 9:29)
Hubungan antara catatan Penciptaan dan Penciptaan kembali begitu erat. Konsekuensi yang baik dan perlu yang dapat dideduksi (WCF. 1.6) dari perbandingan ini ialah bahwa Allah menciptakan seisi bumi, maka secara logis ini mengimplikasikan bahwa Dia juga membanjiri seisi bumi.
Allah Berdusta?
Dalam Kejadian 9:11-15, Allah mengadakan sebuah perjanjian. Dia berjanji untuk tidak pernah lagi mengirimkan peristiwa seperti apa yang Nuh alami, dimana secara khusus kita diberitahukan bahwa semua orang akan mati (Kej. 7:21), kecuali mereka yang berada di dalam Bahtera. Air bah tidak akan pernah lagi menutupi seisi bumi.
Namun, jika benar Air Bah Nuh hanyalah sebuah banjir lokal dimana umat manusia lainnya di wilayah yang lain tidak mati, maka bukankah Allah berdusta? Sudah terjadi banyak banjir lokal sejak zaman Nuh. Di antaranya
• (1) Banjir Tiongkok 1931 yang merenggut nyawa 1,000,000-4,000,000 korban;
• (2) Banjir Sungai Kuning 1887 yang merenggut nyawa 900,000-2,000,000 korban;
• (3) Banjir Sungai Kuning 1928 yang merenggut nyawa 500,000-800,000 korban.
Dalam setiap dan masing-masing kejadian semua ini adalah banjir lokal. Dalam setiap kejadian banyak orang meninggal. Namun Allah kan sudah berjanji untuk tidak akan pernah mengirimkan lagi banjir regional…? Tidak, Dia tidak menjanjikan itu! Allah tidak dapat berdusta (Bil. 23:19; 1 Sam. 15:29; Maz. 92:15; Tit. 1:2).
Juga termasuk dalam janji Allah di Kejadian 9:11-15 adalah pelangi, salah satu tanda perjanjian (kovenan) Allah. Ini dapat dilihat di seluruh muka bumi. Hal ini mengimplikasikan bahwa Air Bah bukan regional, namun universal.
Petrus Berdusta?
Apakah Petrus berdusta juga? Jika banjir regional benar adanya, maka pastilah Petrus juga berdusta, karena ini menyangkut lebih dari soal Nuh dan keluarganya yang selamat (1 Pet. 3:20). Benar, kelihatannya Petrus, di bawah ilham Roh Kudus, membutuhkan pelajaran geografi, karena dia juga berpikir bahwa Air Bah ini melanda seluruh bumi: "Dan jikalau Allah tidak menyayangkan dunia purba, tetapi hanya menyelamatkan Nuh, pemberita kebenaran itu, dengan tujuh orang lain, ketika Ia mendatangkan air bah atas dunia orang-orang yang fasik" (2 Pet. 2:5).
Alkitab mengajarkan bahwa seluruh dunia berada dalam kegelapan (Kej. 6:5-7; 1 Yoh. 5:19), bukan hanya satu wilayah.
Problem Eskatologis?
Secara eskatologis (doktrin kesudahan zaman), banjir regional menimbulkan beberapa masalah teologis lainnya. Hal ini mengimplikasikan bahwa:
• (1) Kedatangan Yesus yang Kedua hanyalah peristiwa regional (Mat. 24:38-39).
• (2) Penghakiman kekal hanya berlaku bagi sebagian pendosa yang tidak bertobat, tapi bukan semuanya mereka (Lukas 17:26-27).
Banjir regional tidak sesuai dengan fakta-fakta yang kita ketahui tentang Kedatangan Kristus yang Kedua dan penghakiman kekal (Mat. 16:27; Wah. 1:7). Petrus secara khusus membandingkan Air Bah universal (2 Pet. 3:4-6) dengan Kedatangan yang Kedua dan penghakiman terakhir (2 Pet. 3:10-13). Yesus akan datang kembali bagi semua umatNya dari setiap wilayah di seluruh bumi: “dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa” (Wah. 7:9; 5:9). “Lalu semua bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Nya dan Ia akan memisahkan mereka seorang dari pada seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing, dan Ia akan menempatkan domba-domba di sebelah kanan-Nya dan kambing-kambing di sebelah kiri-Nya” (Mat. 25:32-33). Orang benar akan masuk dalam “kehidupan kekal” dan yang lainnya akan menerima “penghakiman kekal” (Mat. 25:46, 41).
Pertanyaan Regional?
Berikut ini hanyalah beberapa pertanyaan tambahan untuk direnungkan. Jika ini benar hanya banjir regional:
• (1) Mengapa Allah memerintahkan Nuh untuk membawa burung-burung ke dalam Bahtera (Kej. 7:8), jika mereka bisa terbang ke wilayah lain yang tidak terdampak?
• (2) Mengapa Allah memerintahkan Nuh untuk menempatkan sekelompok binatang di dalam Bahtera sebelum Air Bah (Gen 7:2-3), jika mereka toh tetap ada di wilayah lainnya setelah Air Bah?
• (3) Mengapa Allah memerintahkan Nuh untuk membangun dan masuk ke dalam Bahtera, jika dia, keluarganya, dan semua binatang bisa saja migrasi ke wilayah lain di balik gunung dan luput dari Air Bah? Tentu hal ini juga menunjukkan iman (Ibr. 11:7, bdg. Ibr. 11:8).
Seseorang akan berkata, “Karena Allah memerintahkannya; Allah menyampaikan dan Nuh harus taat” (Kej. 6:22; Ibr. 11:7). Bagus! Untuk sebagian, saya memuji jawaban seperti ini. Namun, penafsir hiperbola yang menyampaikan tidak perlu lagi bersandar pada hanya sains dan interpretasi hiperbolik Alkitab, tetapi kembali pada interpretasi historis dari Kejadian 6:1-9:28. Mengapa sekarang justru anda meragukan hermenetika hiperbolismu?
Benar adanya, "orang yang mendua hati tidak akan tenang dalam hidupnya” (Yak. 1:8). Orang “yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian kemari oleh angin" (Yak. 1:6). Kiranya kita "bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan" (Ef. 4:14). Hal ini merupakan perintah di bawah pengilhaman Roh Kudus bagi Paulus dan Yakobus menggunakan kata-kata seperti "gelombang," "laut," "angin," dan "diombang-ambingkan" untuk berbicara tentang "keraguan" dan "ajaran palsu." Hampir-hampir seakan Roh Kudus memang menantikan seseorang untuk menantang catatan sejarahNya tentang Air Bah Nuh.
Setelah melihat beberapa hal ini dan fakta alkitabiah lainnya, banjir regional tidaklah masuk akal. Tidak logis; banjir regional hanyalah fiksi, bukan fakta.
Air Bah Nuh: Kesimpulan
Air bah ini "bencana alam" (Ibrani: mabbul, diterjemahkan sebagai "air bah," Kej. 6:17; 7:6, 7, 10, 17; 9:11, 15, 28; Yunani: kataklusmos, diterjemahkan sebagai, "air bah," Mat. 24:38, 39; Lukas 17:27; 2 Pet. 2:5). Air Bah Nuh adalah banjir universal yang melanda seluruh bumi; sebuah peristiwa yang luar biasa mengerikan yang ditandai dengan pembinasaan dan porak poranda yang luar biasa, tidak akan pernah terulang lagi.
Catatan:
[1] BioLogos (http://biologos.org), "How should we interpret the Genesis flood account?" Last Accessed, 07/28/2017.
[2] Darrel Falk, "On Living in the Middle," BioLogos, (https://biologos.org/blogs/archive/on-living-in-the-middle). Last Accessed, 07/28/2017.
Topik Terkait
What is BioLogos?
Did it rain before Noah's Flood?
Noah, Baptism, and Hell - 1 Peter 3:18-22
Why did the Ark require pitch?
The Ark and the Temple?
Did man eat meat before the Fall and the Flood?
Does the earth abide forever?
A Love-Hate Thing
Dr. Joseph R. Nally, Jr., D.D., M.Div. is the Theological Editor at Third Millennium Ministries (Thirdmill).