Jawaban
Ketika Paulus berpikir tentang kebangkitan orang mati, ada dua gagasan dalam benaknya. Pertama, tidak ada keraguan bahwa Paulus percaya bahwa apabila kita mati kita akan masuk ke hadirat Kristus. Bahkan, dalam 2 Timotius ketika ia merenungkan kematiannya sendiri sebagai martir, ia memikirkan hal itu: yaitu ia akan segera berada di hadirat Kristus. Di sisi lain, ia mengerti bahwa saat konsumasi sejarah, pada kesudahan waktu, akan ada semacam kebangkitan jasmaniah bagi tubuh-tubuh kita. Jadi, ketika kita berusaha menggabungkan kebangkitan tubuh akhir zaman dan kematian di masa sekarang yang membawa kita langsung kepada Kristus, para teolog harus memahami bagaimana kedua hal ini bekerja bersama. Banyak dari kita yang menyangka bahwa yang akan terjadi ialah kita akan berada dalam keadaan peralihan sementara, yaitu kita pergi untuk berada bersama Kristus dan kita masih menantikan kesempurnaan kebangkitan kita pada akhir zaman. Tetapi dalam segala hal yang diajarkan Paulus tentang kebangkitan, ada satu hal yang pasti: ketika kita membayangkan kebangkitan, kita harus membayangkan kebangkitan Kristus. Ini jelas dalam Roma 6. Jika kita akan diidentifikasi dengan Dia dan dengan kematian-Nya, kita juga akan dipertalikan dengan Dia dalam kebangkitan-Nya. Jadi, sebagaimana Kristus dibangkitkan dari antara orang mati kepada kemuliaan kekal, demikian pula kita akan dibangkitkan dari antara orang mati, dan kita akan menikmati kehidupan seperti yang dinikmati Yesus hari ini.