Saya sudah banyak menelusuri internet untuk mempelajari bahan-bahan yang mendukung dan menentang beragam aspek dari Doktrin Trinitas. Saya melihat bahwa kubu penentang sesungguhnya sangat sederhana dalam argumentasi mereka. Jika pengajaran Trinitas memang dipegang erat secara luas, bagaimana seseorang dapat menjelaskan begitu banyak referensi negatif yang bertebaran di karya akademis rujukan seperti The Encyclopedia Britannica, The Encyclopedia Americana, The New Catholic Encyclopedia, dll.?
Saya khawatir anda memang pasti akan menemukan bahwasanya banyak referensi karya akademis menentang doktrin Trinitas. Hal ini sering benar karena banyak dari karya referensi ini ditulis oleh mereka yang lebih tertarik untuk mendiskreditkan doktrin ini ketimbang mendukungnya (biasanya mereka adalah Kristen liberal dan non-Kristen). Di lain waktu, anda bisa saja membaca bagian dari karya seperti ini yang mendukung doktrin Trinitas, namun dikutip oleh mereka yang menentangnya. Siapa saja hampir selalu mampu mengutip suatu kualifikasi dengan sedemikian rupa yang membuatnya terdengar lebih sebagai penyangkalan daripada suatu kualifikasi.
Apapun halnya, saya rasa saya dapat menawarkan beberapa penjelasan umum yang akan berlaku atas banyak dari karya yang anda temukan:
1. Memang benar bahwa Perjanjian Lama tidaklah secara langsung mengajarkan doktrin Trinitas; namun di sisi lain juga tidak menyangkal doktrin Trinitas. Doktrin Trinitas terutama didasarkan pada pengajaran Perjanjian Baru, dan sepadan dengan pengajaran Perjanjian Lama. Hal ini sesuai dengan bagaimana Allah selalu memberikan penyingkapan – sedikit demi sedikit. Dengan memberikan kita lebih banyak penyingkapan secara progresif, Allah tidak menyediakan cukup informasi bagi kita untuk menyimpulkan doktrin Trinitas sampai Kristus sendiri datang dan mengajar di bumi. Doktrin ini selalu benar, namun kita tidak senantiasa tahu dengan cukup untuk mengenali kebenaran ini.
2. Juga benar adanya bahwa tidak ditemukan Alkitab secara tersurat memaparkan doktrin tersebut sebagaimana gereja secara tradisional telah memformulasikannya – namun ini bukanlah persyaratan bagi kebenaran. Sebenarnya, sering kali kebenaran yang paling mendasar justru tidak pernah disampaikan secara tersurat karena hal-hal tersebut sudah diasumsikan. Kelihatannya inilah yang terjadi dengan Perjanjian Baru. Para penulis Perjanjian Baru sepertinya memperlakukan Bapa sebagai Allah, Anak sebagai Allah, dan Roh Kudus sebagai Allah. Mereka juga menegaskan bahwa hanya ada satu Allah, dan bahwasanya Bapa, Anak, dan Roh Kudus adalah pribadi yang berbeda satu dengan lainnya. Bagi saya penjelasan yang terbaik untuk hal ini sepertinya ialah bahwa para penulis mengasumsikan semua kebenaran yang dinyatakan dalam doktrin Trinitas, dan juga berasumsi bahwa pendengar mereka mengasumsikan prinsip yang sama. Doktrin Trinitas adalah upaya yang dilakukan oleh pembaca Alkitab selanjutnya untuk merangkum dengan singkat seperangkat asumsi yang kelihatannya ditunjukkan oleh para penulis Perjanjian Baru. Berkaitan dengan hal ini, fakta bahwa beberapa ayat menyinggung hanya satu atau dua dari anggota Trinitas sama sekali tidak bertentangan dengan doktrin Trinitas. Seseorang bisa saja berbicara tentang aspek tertentu dari suatu hal tanpa harus menyebutkan semua aspek yang terkait dengan hal tersebut (mis. Saya bisa saja memperkenalkan diri dengan nama tanpa menghubungkannya dengan kisah hidup saya pada saat yang bersamaan).
3. Ada banyak pertentangan atas penerapan doktrin Trinitas, dan atas aspek-aspek yang lebih spesifik dari doktrin Trinitas. Kesepakatan fundamental yang luas ada hanya di kalangan mereka yang percaya Alkitab sebagai Firman Allah yang diilhami, tidak mengandung kesalahan (yang belakangan ini semakin menyusut), dan bahkan kelompok sekte yang mengklaim mereka menjunjung tinggi Firman menolak doktrin Trinitas (mis. Mormon, Saksi Yehovah). Namun dalam hal ini, perlu diperhatikan bahwa semua kebenaran disengketakan. Bahkan Injil sendiri lebih tidak diterima dibandingkan doktrin Trinitas – denominasi besar seperti Gereja Katolik Roma menolak injil kasih karunia murni, dan mengajarkan bahwa pembenaran sebagian didasarkan pada kebaikan pribadi. Sayangnya, pertentangan dan persengketaan sama untuk hal ini.
4. Doktrin ini sendiri mengandung banyak misteri. Doktrin ini mencoba menyampaikan hanya cukup untuk menawarkan beberapa parameter umum, dan bahkan sama sekali tidak menjelaskan bagaimana untuk mengkonseptualisasikan parameter umum ini atau relasi di antara mereka. Dalam banyak hal, teolog-teolog secara individu telah berspekulasi melampaui batasan parameter umum ini, dan saat mereka melakukan hal ini, ada banyak yang lain yang tidak setuju. Saat para teolog semakin spesifik dan semakin mereka memaksakan untuk menjelaskan misteri ini, semakin banyak pula mereka menimbulkan perbedaan pendapat. Menurut hemat saya, Alkitab sendiri mengajarkan parameter umum, namun tidak menjelaskan lebih dari itu. Allah memang belum berkenan memberitahukan kita cukup untuk memecahkan misteri ini, dan tidak seharusnyalah kita mencoba menebak penyingkapan yang telah Dia sediakan. Demikianpun, saya yakin bahwa penyingkapan yang Dia sediakan itu penting – kalau tidak Dia tidak akan menyediakannya. Doktrin ini diliputi misteri, namun selama mewakili Firman dengan tepat, kita harus meyakininya dan menerapkannya. Lagipula, misteri tidak seharusnya memadamkan kita – bayangkan betapa jauh lebih banyak misteri yang harus dihadapi oleh para orang kudus Perjanjian Lama dibandingkan kita. Namun demikianpun, kebenaran bagi mereka tidak berbeda dengan kebenaran bagi kita. Lagipula, dalam setiap kebenaran ada hal-hal yang terlalu misterius dan menakjubkan untuk kita pahami. Misalnya kasih Allah bagi kita. Secara fundamental, mengapa Dia mengasihi kita? Seberapa besar tepatnya Dia mengasihi kita? Ada misteri yang besar dalam fakta kasih Allah namun hal ini tidak menghalangi kita untuk meyakini bahwa kasihNya nyata. Kita tahu cukup, namun tidak semuanya.
5. Alkitab tidak menggunakan istilah "Trinitas" – istilah ini merupakan cara singkat teologis yang dikembangkan untuk merujuk pada pemahaman tertentu atas sekelompok doktrin. Ini bukanlah sebuah argumentasi melawan doktrin-doktrin yang dinyatakan oleh istilah tersebut, namun lebih sebagai keberatan terhadap istilah itu sendiri. Hanya dengan merujuk pada hal ini sebagai "kelompok doktrin-doktrin dimana hanya ada satu Allah; bahwasanya Bapa, Anak dan Roh Kudus semuanya Allah; dan bahwasanya Bapa, Anak dan Roh Kudus semuanya berbeda satu dengan yang lainnya" menghilangkan efektivitas dari keberatan akan hal ini sendiri.
6. Benar, ayat yang paling sering dikutip dalam pembelaan akan doktrin Trinitas di tahun-tahun sebelumnya ialah 1 Yohanes 5:7 sebagaimana yang ditampilkan dalam Greek Received Text (yang misalnya digunakan dalam Versi King James). Saya setuju bahwa ayat ini mungkin adalah sebuah interpolasi yang bukan teks asli. Terlebih lagi, bahkan sekalipun hal ini asli sesuai teks, tidak mungkin akan menyatakan doktrin ini secara tersurat – sama sekali tidak berbicara tentang “pribadi” atau “esensi”; tidak juga berbicara dengan istilah bahwa hanya ada “satu Allah.” Namun doktrin Trinitas tidaklah bergantung pada interpolasi ini. Doktrin ini dapat dinyatakan (menurut hemat saya) dari bagian-bagian Firman yang tidak disengketakan.
7. Bahwasanya paganisme (penyembahan berhala) juga mengandung ide tentang Ketritunggalan yang lebih awal dari Perjanjian Baru tidaklah menunjukkan bahwa Perjanjian Baru meminjam ide-ide ini dari paham paganisme terdahulu. Paulus mengajarkan bahwa ilah-ilah palsu adalah sesungguhnya iblis, dan Alkitab secara keseluruhan menunjukkan kecenderungan manusia terhadap penyembahan berhala dan perusakan kebenaran Allah. Jika Allah sungguh ada dalam konteks Trinitas, dan karena iblis memang ingin disembah menggantikan Allah, maka tidaklah berlebihan jika kita mengantisipasi keinginan mereka untuk disembah dalam trinitas juga. Lagipula, jika aspek dari ketritunggalan Allah jelas terbukti dari wahyu umum atau dari wahyu khusus terdahulu, tidaklah mengagetkan jika manusia merusak penyingkapan tersebut dan berpaling kepada cara-cara bangsa yang tidak mengenal Allah.
8. Terdapat masa-masa dalam sejarah gereja ketika Trinitarianisme merupakan laporan minoritas, dan masa-masa lainnya ketika hal ini bertahan oleh karena pengaruh politik. Namun fakta-fakta ini, sama sekali tidak mendukung atau menentang asal muasal doktrin ini, termasuk juga tidak mendukung atau menentang kebenarannya. Sesungguhnya, suatu survei umum atas literatur Kristen mula-mula mengindikasikan bahwa setelah masa para Rasul, gereja menderita karena sangat kekurangan ketajaman teologis selama berabad-abad. Orang Kristen pada masa itu terlalu sibuk mencoba tetap bertahan hidup untuk dapat meluangkan waktu yang cukup untuk belajar, dan tidak ada satupun yang hidup pada saat itu yang memiliki karunia rohani sebesar para Rasul, atau yang telah dilatih oleh Kristus sendiri. Kaum Protestan memiliki kelebihan dalam hal ini karena mereka tidak berpegang pada otoritas tradisi. Tradisi memang membantu, namun bukan merupakan rantai penghubung yang diperlukan. Kita bebas untuk memercayai apa yang Alkitab ajarkan, bahkan jika gereja secara konsisten telah salah menafsirkannya. Hal ini berarti, seandainya Alkitab menolak doktrin Trinitas, kitapun wajib menolaknya – namun saya tidak percaya hal ini.
Ra McLaughlin is Vice President of Finance and Administration at Third Millennium Ministries.