Pria tidak dalam Kepemimpinan

Pertanyaan

Mengapa kaum pria tidak memenuhi posisi mereka yang seharusnya sebagai pemimpin di Gereja, komunitas, dan keluarga? Belum lama ini saya meninggalkan sebuah gereja Reformed Injili karena seluruh penatuanya terdiri dari perempuan. Apa posisi resmi tentang penatua perempuan di kalangan gerakan Reformed?

Jawaban

Saya berharap saya tahu persis mengapa pria tidak memenuhi tugas mereka di gereja, komunitas dan keluarga, namun kenyataannya memang saya tidak tahu. Mungkin ada banyak jawaban berbeda atas pertanyaan ini. Dalam pengalaman pribadi saya, saya telah melihat hal ini terjadi sebagai akibat dari beberapa faktor namun saya tidak tahu seberapa universal ini dapat diaplikasikan. Faktor-faktor ini termasuk hal-hal seperti:

Kesibukan jadwal menghalangi banyak pria untuk meluangkan waktu di keluarga dan gereja. Kaum perempuan lebih cenderung memiliki waktu untuk didedikasikan pada hal-hal ini jika suami mereka adalah pencari nafkah utama.

Selama banyak generasi, pria gagal memperlakukan perempuan dengan hormat dan menghargai yang selayaknya mereka terima. Sebagai hasilnya, belakangan ini perempuan mendambakan untuk memiliki kuasa dan pengaruh kepemimpinan yang meningkat agar mereka mampu mendapatkan hal tersebut bagi diri mereka sendiri.

Gambaran modern tentang injil terpenggal. Kita cenderung menekankan pengalaman menjadi Kristen sebagai hal yang terjadi sekali seumur hidup dibandingkan sebuah relasi sepanjang hayat dengan Kristus. Kita cenderung menekankan keselamatan pribadi dibandingkan keselamatan jemaat dalam gereja. Kita cenderung meremehkan pentingnya gereja dan penyembahan jemaat. Hal ini telah menyebabkan banyak orang berpikir bahwa gereja dan hidup yang saleh sebagai hal yang tidak relevan.

Tingginya angka perceraian dan ibu tunggal telah mendorong perempuan masuk ke dalam posisi sebagai pemimpin rumah tangga. Sepertinya ini hal yang alami pada saat ini yang lantas memengaruhi cara mereka menghadapi perihal kepemimpinan lainnya di gereja, kepemimpinan dalam rumah tangga, di komunitas, dll

Baik pria maupun wanita adalah makhluk yang telah jatuh dalam dosa. Jika tugas prialah untuk memenuhi kepemimpinannya dalam area ini, dan jika tugas wanitalah untuk mendukung tugas pria, maka kecenderungan pria berdosa adalah justru menghindari keterlibatan mereka dari tugas-tugas mereka dan kecenderungan wanita berdosa adalah mengambil alih tugas-tugas ini bagi diri mereka.

Kesalahan teologis (di luar pemenggalan injil sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya) juga menjadi dasar dari beberapa masalah ini. Banyak gereja tidak menafsirkan Alkitab sebagai berotoritas, akurat, dan/atau dapat diaplikasikan dalam zaman modern, namun mereka hanya sekadar menafsirkan bagian-bagian Firman yang relevan secara berbeda dari tradisi Reformed (bukan berarti tradisi Reformed tanpa kesalahan dalam hal ini).

Secara statistik, saya menerima info bahwa ada lebih banyak wanita dibanding pria yang percaya dan bergereja. Hal ini akan cenderung mengurangi jumlah calon pria untuk jabatan di gereja.

Saya yakin masih banyak alasan lainnya atas gejala yang anda sampaikan.

Khusus untuk pertanyaan tentang pentahbisan perempuan, tidak ada konsensus di gerakan Reformed modern. Satu alasan untuk hal ini adalah persis karena hal itu – ini adalah sebuah gerakan, bukan organisasi. Gerakan tidak memiliki posisi “resmi” atas apapun. Hanya organisasilah, seperti denominasi dan gereja yang memiliki posisi “resmi.”

Menurut sejarah, memang posisi Reformed yang cukup universal (bukan "resmi") adalah bahwa perempuan tidak dapat ditahbiskan. Namun saat ini, banyak gereja yang secara tradisi Reformed telah mengubah pandangan mereka atas hal ini. Sebagian gereja tradisi Reformed terbesar, seperti Gereja Presbiterian, USA, kini mentahbiskan wanita. Tentu saja mereka juga telah mengalami perubahan lainnya yang saat ini menjadikan mereka sangat jauh berbeda dari tradisi Reformed, namun tetap saja mereka mengklaim tradisi tersebut sebagai milik mereka (walaupun mereka tidak menghormatinya seperti dulu). Gereja Kristen Reformed barusan ini terpecah oleh karena isu yang sama ini, dan denominasi lainnya membiarkan keputusan diambil oleh masing-masing gereja (mis. Gereja Presbiterian Injili). Banyak denominasi lain yang lebih konservatif tidak mentahbiskan wanita seperti Gereja Presbiterian Orthodox dan Gereja Presbiterian di Amerika.

Tentu saja, di kalangan gereja yang lebih konservatif, argumentasi yang menentang pentahbisan wanita didasarkan pada Alkitab, dan Alkitab dianggap aplikatif dan otoritatif dalam hal ini (sebagaimana dalam semua area yang dibicarakan).

Sekelompok kecil pemikir Reformed, termasuk saya pribadi, percaya bahwa Alkitab mengajarkan kita bisa memiliki diaken pria dan wanita. Saya yakin 1 Timotius 2-3 menetapkan hal ini dan Febe adalah contoh seorang wanita yang menjabat.

Jawaban oleh Ra McLaughlin

Ra McLaughlin is Vice President of Finance and Administration at Third Millennium Ministries.

Q&A