Ragam Sastra (Genre) Kitab Ibrani

Pertanyaan

Apakah tepat menyebut kitab Ibrani sebagai sepucuk surat? Bagaimanakah bentuk literatur Ibrani serupa dengan dan berbeda dari surat-surat Perjanjian Baru lainnya?

Jawaban

Surat kepada Ibrani memang menarik. Kita tidak yakin siapa yang menuliskannya, kita tidak yakin siapa orang Ibrani yang dimaksud, dan kita bahkan tidak yakin jika memang ini adalah sepucuk surat. Pertanyaan tentang relasinya dengan surat-surat lainnya, jika benar ini surat, menyebabkan sebagian orang menyebutnya sebagai sebuah teka-teki: Apa sesungguhnya ragam sastra kitab Ibrani? Mari kita lihat beberapa daftar kanon awal, yaitu daftar-daftar yang menyertakan kitab-kitab Alkitab yang dimasukkan sebagai bagian dari Perjanjian Baru. Dan biasanya Ibrani ditempatkan dalam bagian surat, kebanyakan bersama Paulus, namun di bagian surat. Jadi, kelihatannya memang ada pemikiran bahwasanya ini adalah sepucuk surat. Dan bahkan, jika kita membaca bagian akhir Ibrani, terdapat salam penutup seperti layaknya surat-surat Perjanjian Baru lainnya. Ibrani juga berisikan pengajaran yang diikuti dengan nasihat, yang lagi-lagi konsisten dengan surat-surat yang lain.

Namun beberapa elemen Ibrani tidaklah sebagaimana layaknya kita harapkan dalam hal penulisan surat zaman dahulu kala. Misalnya, bagian awal. Sama sekali tidak terdapat salam pembuka. Kita tidak memiliki apapun untuk mengidentifikasi siapa penulis surat dan siapa pembacanya. Ya seperti saat kita berpikir tentang Paulus, “Aku Paulus dan Timotius kepada gereja di Filipi,” misalnya. Sehingga terkesan bahwa Ibrani memang mirip dengan sepucuk surat namun juga berbeda.

Dan saya rasa kunci saat kita mulai mereka-reka bagaimana memecahkan teka-teki ini adalah Ibrani 13:22, dimana si penulis Ibrani, dalam Ibrani 13:22, menggambarkan apa yang baru saja dia lakukan sebagai kata-kata nasihat yang telah dituliskan. Menurut saya hal ini penting karena frasa, “kata-kata nasihat,” sudah hampir selalu menjadi frasa umum sebagai rujukan untuk sejenis retorik oral, sebuah pidato. Dan ketika kita menelaah Ibrani melalui lensa homili, yaitu khotbah, pidato, orasi, kitapun mulai melihat beberapa elemen yang sangat konsisten dengan jenis presentasi seperti ini. Dan saat kita mengamati Ibrani, dan banyak pengamat lainnya yang juga memperhatikan hal ini, ternyata banyak karakteristik dari sebuah homili memang muncul di Ibrani. Jadi, apa yang kita simpulkan dari hal ini? Menurut saya Ibrani memang seperti sepucuk surat Perjanjian Baru karena telah dituliskan dan dikirimkan, namun ini dikirimkan sebagai sebuah pidato, yaitu sebuah khotbah untuk disampaikan, dan didengarkan.

Jawaban oleh Dr. Mark A. Jennings

Dr. Mark Jennings teaches New Testament at Gordon-Conwell Theological Seminary in Boston MA.

Q&A