Apakah Kejadian 1:28 sebuah berkat atau perintah? Apakah ayat ini, khususnya bagian pertama (“Beranakcuculah dan bertambah banyak”), berlaku bagi orang Kristen masa kini? Pembahasaan ini juga muncul dalam Kejadian 9 dengan Nuh dan dalam Kejadian 17 dengan Abraham. Bagaimanakah seharusnya kita mengaplikasikan pengajaran ini dalam kehidupan sehari-hari? Apakah ada pengajaran atau perintah lain yang menyeimbangkan perintah ini (mis. penatalayanan)?
Kejadian 1:28 merupakan berkat dan sekaligus perintah. Bersamaan dengan ayat-ayat lain yang melingkupinya dalam Kejadian 1, ayat ini menjelaskan tujuan manusia diciptakan dan kewajiban manusia oleh karena tujuan tersebut. Secara khusus, Allah bermaksud untuk mendirikan kerajaanNya di bumi, sebagaimana yang telah terjadi di surga.
Manusia diciptakan untuk menjadi pemerintah dan pengelola kerajaan tersebut (Kej. 1:26), sekaligus untuk melayani Allah sebagai imam-imamnya (bdg. Kel. 19:6; Wah. 1:6). Tentu ini pekerjaan besar yang membutuhkan banyak sekali manusia. Sesungguhnya, ini juga sebagian alasan bagi Allah untuk menciptakan Hawa. Adam tidak mungkin berkembang biak sendirian, sehingga sebagian alasan menciptakan Hawa adalah untuk agar dapat berkembangbiak (Kej. 2:18-24). Hawa juga diciptakan untuk memerintah dan melayani sama halnya dengan Adam (Kej. 1:26-28).
Laki-laki dan perempuan juga diciptakan untuk menjadi “gambar” atau “rupa” Allah (Kej. 1:26-27). Agama palsu sering menggunakan patung dan gambar dalam penyembahan mereka untuk menghormati ilah-ilah mereka. Namun Allah tidak mau diwakili oleh objek yang diukir atau dibentuk. Sebaliknya, Dia menciptakan umat manusia sebagai gambarNya. Semakin banyak manusia memenuhi bumi, maka semakin banyak gambar Allah untuk menghormati Dia.
Artinya, seluruh umat manusia punya kewajiban untuk memenuhi bumi dengan gambar Allah, dan untuk memerintah atas bumi, mengelolanya dengan benar sesuai dengan rancangan Allah. Secara universal kita juga berkewajiban untuk melayani Allah sebagai imam-imamNya. Dalam beberapa hal, umat manusia telah berhasil melakukan hal ini: kita telah cukup memenuhi buni dan memerintah atasnya. Namun kita juga telah sangat gagal dalam hal yang lainnya: kita tidak memerintah dan mengelola kerajaan Allah sebagaimana yang telah Dia perintahkan, dan kita juga tidak melayani Dia dengan benar.
Terlebih lagi, oleh karena pemberontakan manusia melawan Allah, timbul perasaan bahwasanya perluasan kita ke ujung bumi masih belum memenuhi rancangan Allah bagi perluasan. Secara khusus Allah ingin memperluas kerajaanNya, bukan hanya tempat tinggal manusia. Selama perluasan manusia bukan sebagai Kristen, maka hal itu bukanlah perluasan kerajaan Allah.
Dalam hal apapun, penting untuk mengingat bahwa tujuan Allah dalam penciptaan adalah untuk membuat taman firdaus dimana di dalamnya manusia dan Allah dapat hidup bersama (Kej. 2; Yoh. 17:21-23). Perintah Allah kepada manusia adalah cara untuk manusia dapat berkembang dan memelihara taman firdaus tersebut, yang berarti perintah-perintah tersebut adalah cara-cara Allah untuk memberkati manusia.
Terlebih lagi, Alkitab dengan khusus menyampaikan dalam banyak bagian bahwa anak-anak adalah berkat dari Allah (mis., Kej. 17:6; 22:17; Ul. 7:14; 1 Sam. 2:20; Maz. 127:3). Dengan kata lain, perintah adalah anak-anak merupakan berkat dari Allah. Sebagai orang Kristen, seharusnya kita bersemangat dalam menerima berkat Allah, termasuk anak-anak.
Pada saat yang sama, Alkitab juga menunjukkan bahwa adakalanya terjadi pengecualian terhadap perintah. Misalnya, dalam 1 Korintus 7:25-27 Paulus mengindikasikan bahwa ada baiknya pasangan yang telah bertunangan tidak menikah sampai “waktu darurat” telah berlalu. Apapun yang dimaksud sebagai waktu darurat (krisis), kelihatannya hal tersebut memberikan ketegasan untuk sementara lebih baik tetap sendiri daripada menikah. Tapi tetap Paulus menyarankan lebih dapat dimengerti bagi para perempuan yang telah lebih berumur untuk menikah karena jika ditunda, akan lebih sulit bagi mereka untuk memiliki anak (1 Kor. 7:36). Terlebih, Paulus jelas sekali menyampaikan bahwa pasangan yang menikah seharusnya memiliki kehidupan seksual secara teratur (1 Kor. 7:1-5). Jadi, saran untuk tidak terlibat dalam hubungan seksual bukan diperuntukkan bagi pasangan yang telah menikah, yang saya percaya diberikan dengan tujuan untuk membatasi jumlah anak-anak selama masa krisis. (Baca Should Christians Marry untuk detail lebih dalam tentang 1 Korintus 7.)
Perlu juga kita ingat bahwa Yesus tidak menikah dan tidak memiliki anak. Oleh karenanya, perintah untuk berkembangbiak secara jasmani tidak bersifat universal dan bukan suatu keharusan untuk diaplikasikan.
Jadi, perintah umumnya adalah umat manusia diperintahkan untuk menikah dan bertambah banyak, dan untuk hidup setia di hadapan Allah. Namun ini tidak berarti bahwa setiap manusia dalam ciptaan secara khusus diwajibkan untuk melakukan hal-hal tersebut. Sebaliknya, setiap manusia dalam ciptaan berkewajiban untuk mendukup peran umat manusia dalam melakukan hal-hal ini. Dan selama mendukung pekerjaan umat manusia berimplikasi pada pernikahan dan memilki anak bagi individu tertentu, dan selama beberapa orang Kristen secara khusus adalah individu tersebut, kita memang berkewajiban untuk menikah dan memilki anak. Dengan kata lain, perintah ini pertama dan terutama diberikan kepada seluruh umat manusia, dan secara sekunder ini adalah perintah bagi individu tertentu untuk ikut berpartisipasi dalam memenuhi perintah kolektif ini. Namun tentu ada pengecualian, sebagaimana yang telah dibeberkan sebelumnya.
Selain itu, selalu penting bagi manusia untuk ingat menggunakan hikmat dalam merencanakan keluarga. Paulus mengindikasikan betapa kesulitan dan krisis adalah alasan yang sah untuk mengubah apa yang biasanya kita kerjakan, bahkan termasuk dalam hal memiliki anak (1 Kor. 7). Jadi, jika memiliki lebih banyak anak akan mengakibatkan kesulitan yang tidak perlu bagi keluarga tertentu, adalah bijaksana jika mereka membatasi pertumbuhan keluarga mereka.
Namun sekali lagi, kita lebih memilih untuk memiliki anak karena mereka adalah berkat dari Tuhan. Dan kewajiban kita adalah mengembakbiakkan gambar-gambar Allah yang setiap dalam dunia ini. Kita dapat melakukan hal ini dengan menginjili mereka yang terhilang. Namun membesarkan anak-anak secara Kristen dari data sejarah memang lebih berhasil dibandingkan dengan penginjilan untuk memperluas dan memelihara jumlah penyembah Allah yang setia.
Berkaitan dengan fakta bahwa sebagian besar perintah berkembangbiak tercantum di Perjanjian Lama, hukum Perjanjian Lama masih tetap mengikat untuk masa kini (baca Laws in Effect Today).
Ra McLaughlin is Vice President of Finance and Administration at Third Millennium Ministries.