Dapatkah anda jelaskan secara singkat signifikansi anak-anak Hosea?
Dalam providensi Tuhan, Hosea dipanggil untuk melayani kerajaan Israel di bagian utara. Allah mengutus Hosea untuk mendampingi memanggil Israel menuju pertobatan dan pemulihan dengan menelanjangi ketidaksetiaan, penyembahan berhala, dan pengabaian perjanjian Israel terhadap cara-cara Allah.
Namun, para nabi sering dipanggil untuk melakukan lebih dari memberitakan injil di bawah perjanjian yang lama. Ada kalanya, mereka melukiskan pesan Allah pada kanvas hidup pribadi mereka (mis. Yer. 27-28; Yeh. 4:1-3). Dalam kasus Hosea, kita mengamati sebuah analogi yang berkaitan dengan pernikahan dan keluarganya — sebuah gambaran akan perjanjian Israel dengan Allah yang hancur dan dipulihkan. Israel seharusnya melihat seorang wanita yang sama sekali tidak layak (diri mereka) yang tidak henti-hentinya dikasihi oleh suaminya yang setia dan menepati perjanjian (Allah). Betapa kitapun tidak lebih baik dari Israel!
Hosea, seorang pria yang benar, pertama kalinya diperintahkan oleh Allah untuk menikahi seorang pelacur — perempuan sundal, wanita tuna susila, perempuan panggilan (Hos. 1:2). Kata-kata ini sangat menyinggung, bukan? Namun bagi Allah, mereka tidak lebih menyinggung dibandingkan dosa kita yang melacurkan diri. Di Hosea 3:1 kita membaca: “Pergilah lagi, cintailah perempuan yang suka bersundal dan berzinah, seperti TUHAN juga mencintai orang Israel, sekalipun mereka berpaling kepada allah-allah lain dan menyukai kue kismis.” Ini adalah sebuah analogi yang diilhamkan Roh Kudus dengan Hosea sebagai Tuhan dan istri pezinahnya Gomer sebagai Israel yang pembangkang.
Tuhan memberikan nama bagi ketiga anak Hosea, nama-nama yang melambangkan penghukuman ilahi Allah atas bangsa Israel. Anak pertama, seorang laki-laki, diberi nama Yizreel seperti Lembah Yizreel (Hos. 1:3-5). Yizreel adalah nama dataran luas yang dikenal karena keelokan dan kekayaannya, namun lewat kurun waktu tempat tersebut diporak-porandakan oleh banyak peperangan. Ini juga nama kota dimana Ahab dan Izebel melakukan pembunuhan terkenalnya (mis. 1 Raja-raja 21:1-16). Yehu membunuh Yoram, Ahazia, dan Izebel (2 Kings 9:14-37). Dengan membunuh putra-putra Ahab, dia menggiring masuk suatu kerajaan dengan raja-raja yang jahat; Yehu, Yoahas, Yerobeam II, dan Zakaria (2 Kings 10:28-36; 13:1-13; 14:23-29; 15:8-12). Dulu Israel adalah suatu tempat yang indah namun telah dirusakkan dan hancur oleh tipu daya dosa dan pertumpahan darah sebagai bangsa (bdg. Bil. 35:33; bdg. Kej. 4:10-12; 9:5; Yes. 26:21; Yeh. 24:6-9).
Anak Hosea yang kedua, seorang perempuan, dinamai Lo-Ruhama (Hos. 1:6-7). “Ruhama” merujuk pada kemurahan Allah yang lemah lembut. Secara harafiah kata ini berarti “Rahim,” melambangkan kasih yang mencengangkan bagaimana Yahweh menanggung bagi umat pilihanNya. Namun, prefix negatif “Lo-” membalikkan artinya menjadi “Tiada kemurahan” atau “Tiada belas kasihan,” memberitakan penarikan kasih, kemurahan, dan welas asih Allah dari Israel. Allah tidak berubah, Israellah yang telah berubah. Sekalipun Allah sangat sabar terhadap Israel, kini dia harus menghadapi konsekuensi pilihan hidupnya.
Anak ketiga Hosea seorang lak-laki yang dipanggil Lo-Ami (Hos. 1:8-9). Nama ini berarti “bukan umatku.” Sejauh ini, inilah nama yang paling menghancurkan. Tuhan menolak bangsa Israel dalam kondisi mereka yang berdosa. Mengapa? Karena Israel telah bertindak seperti pelacur dan meninggalkan Allah, kini Tuhan terpaksa menyangkal umatNya sendiri (bdg. Kel. 6:7). Menjadi umat Allah yang hidup dulunya menjadikan bangsa Israel berbeda (bdg. Im. 26:12; 2 Sam. 7:24; Yer. 30:22; Yeh. 36:28). Kini mereka sama seperti bangsa penyembah berhala lainnya yang berada di bawah penghukuman Allah.
Bahkan sekalipun demikian tidak setianya Israel, Allah berjanji pada waktunya Dia akan menebus dan memulihkan mereka (Hos. 2:14-23). Walaupun Hosea telah mengumumkan penghukuman atas Israel, dia juga mengantisipasi kebalikannya saat anak-anaknya diberi nama kembali sebagai “Ruhama” (“menerima kemurahan,” Hos. 2:1, 23) dan “Ami” (“umatKu,” Hos. 2:1, 23). Kemurahan ini disingkapkan pada Israel yang berdosa ketika nabi tersebut menulis di Hosea 1:10-11:
Tetapi kelak, jumlah orang Israel akan seperti pasir laut, yang tidak dapat ditakar dan tidak dapat dihitung. Dan di tempat di mana dikatakan kepada mereka: "Kamu ini bukanlah umat-Ku," akan dikatakan kepada mereka: "Anak-anak Allah yang hidup." Orang Yehuda dan orang Israel akan berkumpul bersama-sama dan akan mengangkat bagi mereka satu pemimpin, lalu mereka akan menduduki negeri ini, sebab besar hari Yizreel itu.
Hosea melukiskan sebuah maha karya. Sebuah lukisan yang menyingkapkan hati Allah yang hancur namun mengasihi umatNya yang membangkang, tidak taat, dan tidak peduli. Kanvas hidup Hosea menyingkapkan keselamatan Tuhan bagi umat Nya yang tidak layak. Dan rasul Petrus mengabadikan potret perjanjian bagi seluruh umat Allah di setiap zama ketika dia menuliskan, “Kamu, yang dahulu bukan umat Allah, tetapi yang sekarang telah menjadi umat-Nya, yang dahulu tidak dikasihani tetapi yang sekarang telah beroleh belas kasihan. The canvas of Hosea's life reveals the salvation of the Lord for his unworthy people” (1 Pet. 2:10).
Dr. Joseph R. Nally, Jr., D.D., M.Div. is the Theological Editor at Third Millennium Ministries (Thirdmill).