Apakah manusia memiliki kehendak bebas?
Terima kasih atas pertanyaan anda. Hal ini bergantung pada apa yang anda maksudkan dengan "kehendak bebas." Jika yang anda maksudkan adalah seseorang dapat membuat pilihan yang memengaruhi hidup mereka dalam keterbatasan natur keberdosaan mereka, maka benar, mereka punya "kehendak bebas." Beberapa orang menyebut hal ini "agen bebas" untuk menghindari kebingungan. Namun, jika yang anda maksudkan adalah bahwasanya seseorang dapat dengan bebas memilih untuk melakukan apapun yang mereka inginkan kapanpun dan dimanapun dengan cara apapun, maka tidak, manusia tidak punya "kehendak bebas."
Mungkin ilustrasi ini dapat menolong. Kebanyakan orang mampu menyeberangi jalan hanya dengan melangkah berjalan ke seberang. Namun, tidak semua orang memiliki kemampuan ini. Dulunya saya seorang detektif pembunuhan. Selama masa saya menjabat, saya tidak pernah melihat ada mayat yang bangkit dan menyeberangi jalan. Orang mati jelas memiliki beberapa keterbatasan serius! Bahkan Allah memiliki beberapa keterbatasan yang Dia tetapkan sendiri, karena ada banyak hal yang Dia tidak dapat kerjakan. Allah tidak dapat menyangkali naturNya! Allah tidak dapat berdosa, Dia tidak dapat berdusta, Dia tidak dapat menjadikan batu sedemikian beratnya sampai Dia tidak mampu mengangkatnya, dll. Baca Hal-hal yang Allah Tidak Mampu Kerjakan? Allah juga diikat oleh naturNya, yang adalah sepenuhnya kudus, adil, dan baik (Rom 7:12).
Saat kita berbicara tentang keselamatan maka semua kita memiliki keterbatasan. Kita menyebutnya "kebejatan total" atau "ketidakmampuan total." Semua kita, kecuali Kristus, memiliki natur berdosa. Kita bejat. Memang ini bukan kata yang indah, namun dengan tepat menjabarkan kondisi kita. Kebejatan kita dikarenakan Kejatuhan dan dosa pribadi kita. Kita mewarisi keberdosaan Adam (Rom. 5:12-21) dan memiliki dosa pribadi kita juga (Rom. 3:23). Mungkin anda berpikir tidak adil bahwasanya kita mewarisi dosa Adam, namun kita harus ingat tadinya dia sempurna (Kej. 1:31). Kita pasti akan melakukan jauh lebih jahat. Secara alami kita adalah makhluk berdosa (Pkh. 9:3; Yer. 17:9; Mat. 15:19). Kita budak dosa (Yoh. 8:34; Rom. 6:6, 16-17, 19-20; 7:14; Gal. 4:8-9; 2 Tim. 2:25-26; Tit. 3:3; 2 Pet. 2:19). Kita “mati dalam pelanggaran dan dosa” (Ef. 2:1-3). Semua ini sangatlah membatasi (Yer. 13:23).
"Mati" secara rohani (Ef. 2:1-3) adalah sebuah keterbatasan sangat besar – seperti seorang yang mati tidak mampu menyeberangi jalan. Namun, hal ini tambah parah. Selain mati, kita juga buta secara rohani (Mat. 15:14; 2 Pet. 1:9) dan tidak mampu untuk benar-benar melihat kehendak Allah. Kita tuli (Mat. 13:15; 2 Tim. 4:4) dan tidak dapat mendengar Firman atau RohNya. Sama seperti patung berhala, kita semua bisu (Maz. 115:4-6; 1 Kor. 12:2) dan tidak dapat mengakui Kristus, dan bahkan jika kita mampupun, kita tidak akan bersedia dan tidak dapat melakukannya dari hati yang murni (Rom. 8:7-8). Tangan kita lemas terkulai (Mar. 3:1) dan tidak dapat menerima karunia Allah – termasuk iman dan pertobatan (Ef. 2:8; 2 Tim. 2:24-25). Kita lumpuh (Kis. 3:2) dan tidak dapat berjalan dalam jalannya Tuhan. Layaknya penderita kusta (Luk. 17:12) kita sepenuhnya orang buangan.
Dalam kondisi yang mengerikan ini, kita tidak mampu memilih untuk membenarkan diri (Yer. 13:23; 17:9; bdg. Ams. 27:22; Yes. 1:5; Yer. 2:22; 4:22). Kita bahkan tidak menginginkannya (Rom. 8:7-8). Mungkin ada kalanya kita mencoba melakukan beberapa hal baik, namun itu tidak sama dengan kebenaran sejati, karena tanpa Kristus semua upaya kita dinodai oleh dosa (Yes. 64:6). Kita mungkin berusaha menutupi dosa-dosa kita seperti yang Adam dan Hawa lakukan di Taman, tapi daun ara belaka (Kej. 3:7) tidak akan dapat membatalkan apa yang telah dilakukan setiap kita (Rom. 3:23). Allah hanya akan menerima korban darah; dan bukan darah kita, melainkan darahNya sendiri (Kej. 3:21; Yoh. 1:29; 1 Pet. 1:18-20; Yes. 53:1-12).
Namun demikianpun, keterbatasan kebejatan kita tidak menghilangkan akuntabilitas total kita. Kita tetap bertanggung-jawab atas semua dosa kita; apakah dosa karena tidak melakukan atau dosa karena melakukan. Kita tetap diperintahkan untuk memilih kehidupan yang kita jalani (Ul. 30:19). Sebagai pendosa, kepada kita diperintahkan berulang kali untuk bertobat dan percaya (Mat. 3:2; 4:17; Kis. 3:19; 1 Yoh. 3:23). Dan setiap panggilan untuk bertobat dan percaya adalah sebuah panggilan untuk memilih, tapi natur kita yang bejat tetap menolak hal-hal dari Allah (Yoh. 1:11; 3:19; 5:40; Kis. 7:51). Orang mati tidak dapat taat (Rom. 8:7-8; Ef. 2:1-3).
Bukankah semua terlihat sangat suram pada titik ini? Adakah sesuatu yang dapat dilakukan? Siapa yang mampu menyembuhkan orang buta, tuli, bisu, dan mereka dengan tangan lemas terkulai, yang lumpuh, orang kusta dan membangkitkan dari kematian? Yesus, Yesus, Yesus!
Matius 11:5 orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik.
Matius 15:30 Banyak orang datang kepada-Nya membawa orang-orang yang timpang, yang buta, yang lumpuh, yang bisu, dan banyak lagi orang sakit yang lain. Mereka meletakkan orang-orang itu di depan Yesus, dan Ia menyembuhkan orang-orang itu.
Hanya Yesus yang mampu menyembuhkan hati. Yesaya yang berbicara tentang Yesus berkata, "Roh Tuhan ALLAH ada padaku, oleh karena TUHAN telah mengurapi aku; Ia telah mengutus aku untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang sengsara, dan merawat orang-orang yang remuk hati, untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan kepada orang-orang yang terkurung kelepasan dari penjara" (Yes. 61:1; Luk. 4:18). Ya Yesus! Dialah sang pendiri iman (Ibr. 12:2). Dia memilih kepada siapa Dia akan karuniakan iman, kemurahan dan kasih karunia, dan Dia tidak memilih setiap orang. Tirus, Sidon (Mat. 11:21) dan Sodom (Mat. 11:23-24) pastinya sudah bertobat jika saja Allah mengerjakan sebagian mujizat di sana. Namun Tuhan tidak melakukannya. Yesus berkata, “Celakalah engkau Khorazim! Celakalah engkau Betsaida! Karena jika di Tirus dan di Sidon terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, sudah lama mereka bertobat dan berkabung…Dan engkau Kapernaum, apakah engkau akan dinaikkan sampai ke langit? Tidak, engkau akan diturunkan sampai ke dunia orang mati! Karena jika di Sodom terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, kota itu tentu masih berdiri sampai hari ini” (Mat. 11:20-24). "Ngeri benar, kalau jatuh ke dalam tangan Allah yang hidup" (Ibr. 10:31).
Kristus tidak mati bagi semua, tapi bagi "banyak" orang (Yes. 53:12; Mat. 20:28; Ibr. 9:28). Dia memberikan diriNya bagi orang-orang tertentu (Ef. 1:4-5, 11; Tit. 2:14). Siapakah orang-orang tertentu ini? Semua yang telah Bapa "berikan" kepada Yesus (Yoh. 6:37). Siapakah mereka yang diberikan kepada Yesus? Semua yang secara efektif "dipanggil" oleh Allah (Yoh. 6:44, 65). Lantas, siapakah yang mendengarkan panggilan Allah ini? Semua yang dilahirkan oleh Roh Allah (Yoh. 3:1-8). Mereka yang lahir dari Roh Allah tidak lagi buta sehingga dapat "melihat Kerajaan Allah" (Yoh. 3:3). Mereka tidak lagi lumpuh sehingga dapat "masuk ke dalam Kerajaan Allah" (Yoh. 3:5). Sebagaimana yang Yesus katakan, "Kamu harus dilahirkan kembali” (Yoh. 3:7).
Roh Kuduslah yang meregenerasikan mereka yang secara efektif dipanggil oleh Allah sehingga mereka dapat dibenarkan. Keselamatan adalah satu pihak (monergistik) – karya Allah semata-mata (Yoh. 1:12-13; Rom 9:14-16). Allahlah yang terlebih dulu mengubah kita, sehingga kita dengan sukarela dapat mengenal Dia sebagai Tuhan dan Juru Selamat (Rom. 10:9-10).
Jadi, inilah urutan keselamatan. Ordo salutis adalah istilah Latin untuk "urutan keselamatan," yang membahas tentang tahapan dalam urutan logis yang terlibat dalam keselamatan seorang percaya: (1) pemilihan, (2) panggilan yang efektif, (3) regenerasi, (4) iman, (5) pertobatan, (6) pembenaran, (7) adopsi, (8) pengudusan, (9) pemeliharaan, dan (10) glorifikasi (baca Rom. 8:29-30). Beberapa manfaat ini diaplikasikan pada saat yang bersamaan dan tidak dapat dipisahkan, namun tetap yang satu adalah penyebab logis dari yang lainnya. John Frame dalam sebuah artikel berjudul, "Keselamatan dan Pedagogi Teologis," menyebutkan:
Dari beragam penjelasan tentang keselamatan dalam teologi Reformed, ordo salutis, urutan keselamatan, adalah yang paling awal. Tujuan dari ordo (urutan) ini adalah mengurutkan peristiwa-peristiwa dalam hidup setiap pribadi yang diselamatkan yang menautkannya dengan Kristus. Biasanya, urutan peristiwa tersebut terlihat seperti ini [pemilihan], panggilan yang efektif, regenerasi, iman, pertobatan, pembenaran, adopsi, pengudusan, pemeliharaan, glorifikasi. Dalam panggilan yang efektif, Allah memanggil orang pilihan keluar dari dosa untuk masuk dalam kesatuan dengan Kristus. Hal ini memberikannya kelahiran baru secara spiritual, hati yang baru, atau regenerasi. Hati yang telah diregenerasikan itu memampukan orang yang telah ditebus tersebut untuk yakin atau percaya pada Kristus (iman) dan bertobat dari dosa. Pertobatan adalah sisi mata uang sebaliknya dari iman. Iman berbalik pada Kristus, pertobatan berpaling dari dosa, dan anda tidak dapat melakukan yang satu tanpa melakukan yang lainnya. Pembenaran, pencangkokan Allah pada kita atas kebenaran Kristus terjadi oleh iman, sehingga hal ini mengikuti iman dan pertobatan di dalam ordo. Mereka yang Allah benarkan, juga Dia adopsi ke dalam keluargaNya. Kemudian ada pengudusan, yang berarti dua hal yaitu kita dipisahkan dari bagian dunia ini masuk ke dalam bagian Kerajaan Allah ("pengudusan definitif"), dan sekaligus kita menjadi semakin kudus sedikit demi sedikit oleh karya Roh Kudus di dalam kita ("pengudusan progresif"). Hidup baru yang di dalam ini memampukan kita untuk bertahan dalam iman dan kasih, sampai pada penyempurnaan dari segala sesuatu saat pemuliaan kita tuntas. (cetak miring ditambahkan untuk penekanan)
Sebagaimana yang dapat dilihat dari tulisan di atas, kehendak kita diberikan kemampuan yang baru untuk percaya dan bertobat, hanya setelah pemilihan, panggilan yang efektif, dan regenerasi. Keterbatasan kita sebelumnya atas keselamatan hanya dapat disingkirkan ketika kita dilahirkan kembali. Namun, Allah terus bekerja di dalam kita setelah regenerasi yaitu dalam pembenaran, adopsi, pengudusan, pemeliharaan, dan saat penyempurnaan segala sesuatu, yaitu glorifikasi. Jadi, keselamatan melibatkan sebuah relasi yang berkelanjutan sekaligus karya Allah atas kita! Saya menyebutnya demikian, kita telah diselamatkan (dibenarkan), kita sedang diselamatkan (dikuduskan), dan kita akan diselamatkan (glorifikasi).
Jadi, kita memiliki "agen bebas" yang dibatasi oleh natur alami kita sehingga tidak "berkehendak bebas" – paling tidak bukan "kehendak bebas" yang percaya bahwa kita dapat melakukan apa saja, kapan saja, dengan cara apa saja.
Dr. Joseph R. Nally, Jr., D.D., M.Div. is the Theological Editor at Third Millennium Ministries (Thirdmill).