Benarkah sikap Yesus tidak jelas terhadap identitas seksual dan disforia gender?

Pertanyaan

Seorang pendidik Kristen senior baru-baru ini membuat klaim ini tentang identitas seksual dan disforia gender. Intinya, dia sangat yakin bahwa walaupun posisi Perjanjian Lama dan Paulus sangat jelas tentang hal ini, Yesus tidaklah demikian. Namun karena disampaikan dalam pembicaraan singkat lewat telepon, saya tidak memintanya untuk mengelaborasikan lebih jauh. Namun bagi saya, Yesus selalu sangatlah jelas tentang hal ini, lantas apa yang mungkin menjadi basis klaimnya?

Jawaban

Kita hidup dalam sebuah masa dimana pandangan modern tentang praktik-praktik seksual dan disforia gender telah menciptakan begitu banyak kebingungan di antara pengikut Kristus yang bermaksud baik. Dulunya, topik-topik ini menarik terutama bagi mereka yang tidak mengikuti Kristus, namun saat ini pengikut Kristus di seluruh dunia tidak dapat lagi mengabaikan topik-topik tersebut. Kita memiliki tetangga, teman dan ada kalanya anggota keluarga yang justru menegaskan keabsahan pandangan seksual yang meruntuhkan apa yang dulunya kita anggap sebagai pandangan Kristen yang aman dan jelas. Kini, perkara seperti ini menjadi jauh lebih rumit dari sekadar apa yang dapat kita tanggapi dalam sebuah Tanya-Jawab singkat. Sudah ada banyak artikel dan buku yang menolong yang telah dituliskan.

Namun pertanyaan anda cukup spesifik. Seorang “pendidik Kristen senior” mengklaim bahwa “Perjanjian Lama dan Paulus sangat jelas tentang hal ini,” namun “Yesus tidaklah demikian.” Perbedaan antara Yesus dan Firman menyesatkan, tapi justru hal ini yang sering kita dengar dalam banyak diskusi di kalangan orang Kristen. Cukup umum pada saat ini, bahkan bagi mereka yang mengaku Kristen untuk membedakan pengajaran Yesus dari pengajaran Musa dan Paulus dan lebih menyukai apa yang biasanya mereka anggap sebagai pandangan Yesus yang lebih terbuka dan meyakinkan. Namun, tidak seperti pendidik Kristen yang anda sebutkan, pengikut Kristus yang setia tidak pernah boleh menempatkan Yesus berseberangan dengan Musa atau Paulus. Pengajaran mereka semuanya harmonis.

Pertimbangkanlah pemikiran berikut ini:

1. Sebenarnya kita hanya memiliki sedikit pengajaran Yesus dalam keempat Injil. Dia melakukan dan menyampaikan terlalu banyak hal sehingga mustahil untuk menuliskan semuanya. Yohanes 21:25 mengingatkan kita bahwa, “Masih banyak hal-hal lain lagi yang diperbuat oleh Yesus, tetapi jikalau semuanya itu harus dituliskan satu per satu, maka agaknya dunia ini tidak dapat memuat semua kitab yang harus ditulis itu. Sesungguhnya, kita sama sekali tidak tahu seberapa banyak yang dielaborasikan Yesus tentang seksualitas manusia.

2. Bahkan demikianpun, Yesus adalah seorang Rabi Yahudi di Palestina abad pertama. Sebagaimana layaknya guru-guru terhormat di Israel, Yesus tidak menyangkal otoritas Musa. Sebaliknya, Dia menekankan otoritas ajaran moral Musa dan Dia perintahkan para pengikutnya untuk mengakui otoritas Musa. “Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi. Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga.” (Mat. 5:17-19).

3. Sama seperti guru-guru terhormat lainnya di Palestina, Yesus juga memberikan otoritas kepada sekelompok rasul dan nabinya untuk menjelaskan dan menerapkan pengajarannya. Paulus, misalnya, bersikeras bahwa pengajarannya sesuai dengan pengajaran Yesus. “Jika seorang menganggap dirinya nabi atau orang yang mendapat karunia rohani, ia harus sadar, bahwa apa yang kukatakan kepadamu adalah perintah Tuhan. Tetapi jika ia tidak mengindahkannya, janganlah kamu mengindahkan dia.” (1 Kor. 14:37-38).

4. Kita tidak pernah boleh meremehkan bagaimana kuatnya Yesus menegaskan praktik seksual dan emosi hetero sebagai hal yang normatif. Pertama, Yesus menegaskan pengajaran Musa bahwa kesatuan seksual hanyalah dalam ikatan pernikahan antara seorang laki-laki secara biologis dan seorang perempuan secara biologis. Dia melakukannya dengan mengutip rancangan penciptaan bagi pernikahan yang digambarkan Musa dalam Kejadian 2:24. “Tidakkah kamu baca, bahwa Ia yang menciptakan manusia sejak semula menjadikan mereka laki-laki dan perempuan? Dan firman-Nya: ‘Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging.’” (Mat. 19:4, 5). Lagipula, Paulus juga melakukan hal yang sama sebagai rasul Kristus (baca Ef. 5:31).

5. Penting juga untuk mengingat bahwa Yesus menegaskan pengajaran Musa dimana dimensi emosi dari seksualitas manusia seharusnyalah menjadi serupa dengan pernikahan ideal hetero sebagai hal yang normatif. Yesus menyinggung Hukum Kesepuluh: “Jangan mengingini rumah sesamamu; jangan mengingini isterinya, atau hambanya laki-laki, atau hambanya perempuan... (Keluaran 20:17). Dia lakukan ini ketika Dia menentang pengajaran sesat pada saat itu bahwasanya keinginan seksual tidak harus seturut dengan hukum Allah. Dalam Matius 5:28 Dia berkata, “Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya.” Sekali lagi, Paulus melakukan hal yang sama sebagai rasul Kristus (baca Roma 1:27).

Kesimpulannya, sebagai pengikut Kristus yang setia kita harus menegaskan bahwa pengajaran Yesus tentang dimensi fisik dan emosi seksualitas manusia tidaklah bertentangan dengan pengajaran Musa dan Paulus. Yesus dengan setia menegaskan pengajaran Musa tentang hal ini dan Paulus dengan setia menegaskan pengajaran Yesus tentang hal ini juga.

Jawaban oleh Dr. Richard L. Pratt, Jr.

Dr. Richard L. Pratt, Jr. is Co-Founder and President of Third Millennium Ministries and adjunct Professor of Old Testament at Reformed Theological Seminary, Orlando, FL.

Q&A