Bayi Belum Lahir dan Surga

Pertanyaan

Apakah seorang bayi belum lahir yang meninggal masuk surga? Apakah seorang anak kecil yang meninggal masuk surga? Menurut anda berapa batasan umur manusia untuk dapat dimintakan pertanggung-jawaban?

Jawaban

Untuk pertanyaan pertama, para teolog Reformed tidak sepenuhnya sependapat. Beberapa, khususnya para teolog Princeton lama, telah berpendapat bahwa meskipun dosa Adam yang dicangkokkan itu cukup untuk menjadikan seseorang sebagai pendosa dan mengakibatkan orang tersebut mati secara rohani, hal tersebut tidak cukup untuk mengganjarkan hukuman. Karena bayi belum melakukan perbuatan dosa (mis. Rom. 5:14), maka tidak ada alasan untuk mereka dihukum. Karena tidak ada alasan untuk mereka dihukum, mereka tidak bisa masuk neraka. Terakhir, karena hanya ada dua pilihan (surga dan neraka), Allahlah yang melahirbarukan bayi yang meninggal sehingga mereka dapat masuk surga. Kekurangan dari posisi ini adalah meskipun bagi dapat masuk surga oleh karena belas kasihan dan kasih karunia Allah, sepertinya mereka lolos dari neraka dengan adanya secuil andil perbuatan mereka sendiri.

Yang lainnya berpendapat bahwa dosa yang dicangkokkan mengikutsertakan rasa bersalah nyata yang juga dicangkokkan (bayi tersebut benar-benar bersalah karena telah berdosa, sekalipun bukan secara langsung berbuat dosa). Karena bayi tersebut benar-benar bersalah atas dosa, maka sepantasnya dihukum atas dosa tersebut. Jika bukan untuk menghukum seseorang atas dosa yang dicangkokkan, maka Yesus tidak dapat secara adil telah sungguh menderita bagi dosa-dosa manusia. Berarti, bayi yang meninggal dapat secara adil masuk neraka.

Namun kebanyakan dari mereka yang percaya bahwa bayi dapat secara adil masuk neraka, tidak percaya bahwa semua bayi yang meninggal sesungguhnya masuk neraka. Sebenarnya kebanyakan dari mereka percaya akan kaum bayi pilihan – bayi yang Allah lahir-barukan dan selamatkan secara berdaulat, terlepas dari kenyataan bahwa sepantasnya mereka menerima neraka. Bahwa manusia dapat dipilih sejak masih bayi, bahkan sejak masih dalam kandungan, sepertinya ditunjukkan oleh Yohanes Pembaptis dalam Luk 1:44. Hal ini bukan bermaksud mengimplikasikan bahwa semua bayi yang meninggal adalah kaum pilihan, walaupun beberapa kalangan teolog Reformed juga ada yang berpegang pada posisi ini.

Dapat dibangun sebuah argumentasi yang kuat bahwasanya Allah menunjukkan kebaikan khusus atas anak-anak perjanjian yang meninggal, sehingga umat percaya punya keyakinan lebih dari yang lain bahwa anak-anak mereka yang meninggal saat masih bayi termasuk kaum pilihan. Ide ini terimplikasikan dalam kenyataan bahwa Allah tidak memperlakukan umat perjanjianNya dengan keketatan yang setara dengan cara Dia memperlakukan yang lain. Sesungguhnya, terhadap umat perjanjianNya, Allah lambat untuk murka dan cepat menunjukkan belas kasihan. Dia juga memiliki kasih yang istimewa bagi anak-anak orang percaya (Maz. 103:17). Terlebih lagi, kasih Allah kepada umat percaya mendorongNya untuk baik kepada umat percaya dan Alkitab memberitahukan kita bahwa anak-anak adalah upah Allah bagi umat percaya (Maz. 127:3). Hal ini mengimplikasikan bahwa satu cara bagi Allah memberkati anggota perjanjianNya adalah dengan memperlakukan anak-anak mereka dengan belas kasihan (bandingkan Kej. 26:24; 1 Raja-raja 11:12). Kemudian lagi, berkat ideal yang Allah gambarkan bagi umatNya mengikut-sertakan kehidupan dan berkat anak-anak mereka (Yes. 65:18-23), yang memberikan kita pengharapan bahwa Allah akan baik kepada anak-anak kita bahkan ketika mereka meninggal saat masih bayi (mis. Dia akan menyelamatkan mereka). Inilah posisi yang saya pegang.

Untuk pertanyaan anda yang ke dua dan ke tiga, saya tidak yakin ada konsep tentang batasan usía untuk memberikan pertanggung-jawaban sehingga kita dapat yakin bahwa seorang anak masuk surga. Maunya saya Alkitab mengajarkan doktrin sepert itu, tapi saya tidak yakin Alkitab mengajarkannya. Satu hal yang jelas dalam Alkitab adalah jika siapapun dengan sadar menolak Kristus, maka orang tersebut tidak akan masuk surga. Anggapannya, anak-anak yang dibesarkan dalam keluarga Kristen akan diajarkan tentang Injil sejak masih muda. Jika mereka menolak kesaksian ini, maka harapan saya tipis sekali bahwa mereka diselamatkan, terlepas dari usia mereka. Namun, kebanyakan anak kecil percaya apa yang orangtua mereka ajarkan, termasuk Injil, dan harapan saya adalah kebanyakan orang Kristen mengajarkan Injil kepada anak-anak mereka. Di dalam hal yang semoga jarang terjadi, dimana orangtua gagal mengajarkan Injil kepada anak-anak mereka, dan anak-anak ini sudah lebih tua (dan meninggal), pendapat saya adalah anak-anak ini lebih kecil kemungkinan (bukan tidak sama sekali) adalah kaum pilihan. Jika anak-anak tidak mengerti Injil (dikarenakan usia, kelemahan, dll.), maka saya akan mengkategorikan mereka sebagai bayi.

Jika kita dapat membicarakan batasan usia untuk pertanggungan-jawab, saya akan mendefinisikan hal tersebut sebagai usia dimana anak kecil dapat memahami Injil, bukan usia dimana seorang anak memberikan pertanggungan-jawab di hadapan Allah – bukankah kita semua senantiasa hidup akuntabel di hadapan Allah. Jika seorang anak sudah diajarkan Injil, maka pada usia tersebut anak itu harus menerima Injil, atau menolaknya (paling tidak sementara waktu – dia dapat menerimanya di kemudian hari). Jika anak tersebut belum diajarkan Injil, maka dia berada dalam bahaya dan orangtuanya lalai. Namun ada ketidak pastian dalam semua hal ini – kita tidak dapat tahu hati anak-anak kita atau membaca pikiran mereka. Yang saya paling rasa nyaman untuk menyampaikan adalah semakin tua seorang anak, maka kemungkinan semakin besar bahwa dia telah mencapai batasan usia pertanggungan-jawab.

Dalam semuanya ini, penting untuk mengingat bahwa Allah menyelamatkan umat pilihanNya. Jika seorang anak perjanjian adalah pilihan, Allah juga tidak akan gagal untuk membawa anak tersebut masuk dalam keselamatan. Jika seorang anak bukan pilihan, maka anak tersebut akan dihukum dengan adil atas dosa-dosanya. Karena Allah mengasihi umatNya, saya rasa posisi yang terdahulu lebih memungkinkan bagi anak-anak orang percaya.

Jawaban oleh Ra McLaughlin

Ra McLaughlin is Vice President of Finance and Administration at Third Millennium Ministries.

Q&A