Kekerasan dalam Perjanjian Lama

Pertanyaan

Belum lama ini saya membaca kitab 1 Samuel dan terperangah dengan semua kekerasan di sana. Bahkan dikatakan bahwa Allah memerintahkan Saul untuk membunuh semua bangsa Amalek termasuk bayi dan anak-anak. Jelas-jelas ini terdengar seperti Allah yang berbeda dengan Allah Perjanjian Baru!

Jawaban

Memang terdapat banyak sekali kekerasan dalam Perjanjian Lama, namun ditemukan juga banyak cinta kasih di sana. Sesungguhnya, perintah Perjanjian Baru untuk mengasihi sering merupakan kutipan dan penegasan dari perintah Perjanjian Lama untuk mengasihi (mis. Im. 18:19,34; Ul. 6:5). Dalam Perjanjian Lama, Allah juga menunjukkan kesabaran dan kasih yang luar biasa, bahkan ketika umatNya menolak Dia dan menyembah ilah-ilah palsu (Hos. 11:7-9). Dia tetap sangat mengasihi mereka (mis. Ul. 7:7-15; 23:5; 1 Rj. 10:9; Neh. 1:5).

Hal yang sama terjadi di Perjanjian Baru; kita juga menemukan keduanya, baik murka Allah yang menyala-nyala maupun kasihNya. Banyak bagian Perjanjian Baru tentang kasih Allah yang sangat dikenal (mis. Yoh 3:16; 1 Yoh 4:7-21), namun bagian lain tentang murka, amarah dan pembalasanNya pun tidak kalah berlimpah (mis. Mat. 3:7; 10:28; Lk 12:5; 21:23; Yoh 3:36; Rom. 1:18; 2:5-13; 3:5-6; 9:22; 12:19; Ef. 5:6; 1 Tes. 2:16; Ibr. 3:7-4:13; 10:26-31; Why. 2:23).

Demikianpun, memang kita seakan menemukan lebih sedikit kekerasan dalam Perjanjian Baru dibandingkan dengan Lama, namun hal ini bukan berarti karena Allah berubah. Sebaliknya, hal ini dikarenakan sejarah penebusan telah bergerak maju dan masuk ke era baru. Di Perjanjian Lama Allah adalah raja dari bangsa Israel, dan Dia menggunakan mereka untuk melampiaskan pembalasannya atas mereka yang mengingkari perjanjianNya. Sebagai raja yang berperang, Allah memimpin Israel masuk dalam perang kudus melawan musuh-musuhNya, dan sering membinasakan mereka sepenuhnya. Hal ini tidak seharusnya mengagetkan kita. Bukahkah Allah sendiri pernah menghapuskan seluruh populasi bumi – termasuk hewan dan anak-anak – oleh karena kejahatan manusia. Dia memelihara hanya segelintir orang di dalam bahtera (Kej. 6-9).

Pada masa Perjanjian Baru, Allah dengan penuh kemurahan mengabaikan beberapa pelanggaran manusia dengan cara menahan penghukuman untuk sementara waktu supaya banyak yang dapat percaya (Kis. 17:30-31; 2 Pet. 3:9). Bahkan ketika Allah tidak lagi menggunakan satu bangsa secara jasmani untuk menampung tumpahan pembalasanNya, Dia tetap bekerja lewat pemerintah di dunia untuk menyelesaikan beberapa penghukuman untuk sementara waktu melawan para pelaku kejahatan (Rom. 13:4-5).

Terlebih lagi, Alkitab mengajarkan bahwa nantinya Allah akan melakukan pembalasan atas musuh-musuhNya dengan cara yang sedemikian mengerikan sampai-sampai kekerasan di Perjanjian Lama seakan terlihat tidak ada artinya (Mat. 23:33; Mk 9:43-49; Kol. 3:6; Ibr. 10:26-31; 2 Pet. 3:7,10-12; Why. 6:16-17; 11:18; 14:10-11,19-20; 15:1-8; 16:1-21; 19:15). Allah Perjanjian Baru adalah Allah yang akan menghukum orang berdosa dalam api neraka yang menyala-nyala untuk selama-lamanya.

Sejak mulanya Allah selalu adalah kasih dan pembalasan. Sering kita menekankan kasihNya karena memang itu jauh lebih menyenangkan dan dapat dinikmati. Namun tetap saja, kedua Perjanjian memperingatkan kita akan bahaya dari murka Allah. Inilah sebabnya mengapa keselamatan dalam Kristus begitu penting dan indah. Kristus sendiri menanggung seluruh angkara murka Allah yang seharusnya ditumpahkan atas kita. Sebagai hasil dari pengorbanan Kristus yang memuaskan murka Allah terhadap mereka yang percaya, kita dapat tenang berada dalam relasi yang sangat satu pihak dengan Allah ini, sembari menikmati berkat-berkatNya dan bebas dari kekerasan semua kutukanNya.

Jawaban oleh Ra McLaughlin

Ra McLaughlin is Vice President of Finance and Administration at Third Millennium Ministries.

Q&A