Bagaimanakah frasa umum kaum injili, “undang Yesus masuk ke dalam hatimu” dimulai?
Apakah tepat jika saya memerintahkan anak-anak perjanjian saya untuk melakukannya?
Ada banyak literatur bagi anak-anak yang mengindikasikan bahwasanya pada saat tertentu mereka harus membuat keputusan. Saya dibesarkan sebagai seorang penganut Baptis dan telah melakukan pengakuan iman secara publik; namun saya tidak ingat pernah ada masa dimana saya tidak percaya Kristus. Pengalaman pertobatan saya jelas berubah saat saya semakin dewasa, dan memang ada masa-masa dimana saya mereka lebih dekat kepada Allah, tapi tidak pernah saya merasa mengalami pindah dari satu jenjang ke jenjang berikutnya secara jelas. Sekarang saya memang sudah lebih paham bagaimana lahir baru mendahului iman, namun saya merasa bingung dalam menolong anak-anak saya yakin akan keselamatan mereka jika mereka belum mengalami “momen pengambilan keputusan.”
Saya tidak yakin pastinya kapan frasa tersebut dimulai, namun bisa saja didasarkan atas Efesus 3:17, yang menyampaikan bahwa Kristus tinggal di dalam hati kaum percaya.
Bagi saya, inti dari ide “mengundang Yesus masuk ke dalam hatimu” sepertinya adalah meminta Yesus memberikan keselamatan dari dosa, menerima hidup yang baru, dan memiliki relasi yang intim. Tentu semua ini merupakan permohonan yang sah, melibatkan pertobatan dari dosa, iman dalam Kristus, dan pengharapan akan berkat yang pantas. Saya tidak melihat ada hal yang salah dengan mengajarkan anak-anak anda melakukannya. Saya mungkin akan menggunakan kata-kata yang berbeda dengan anak-anak saya, kata-kata yang lebih langsung ke intinya agar mereka dapat lebih memahami, namun ini bukan berarti cara yang selama ini lazim digunakan tidak baik.
Sekalipun demikian, ada sesuatu yang salah dengan pengajaran bahwa seseorang belum selamat kecuali dia telah melafalkan doa umum tadi. Alkitab tidak mengajarkan kita bahwa kita harus tiba pada suatu momen pengambilan keputusan tertentu, atau kita harus menaikkan doa tertentu untuk dapat diselamatkan. Memang benar bahwa kebanyakan kita diselamatkan dengan cara percaya di dalam hati dan mengakuinya dengan mulut kita (Rom. 10:9-10), namun Paulus sama sekali tidak mengajarkan bahwa hal-hal tersebut harus diformulasikan sedemikian rupa sebelum keselamatan dapat mulai.
Coba pikirkan contoh pribadi anda. Anda diselamatkan ketika anda percaya (Kis. 16:30-31), yang kemungkinan besar didahului oleh suatu periode penting bagi anda untuk mengalami momen pengambilan keputusan. Paulus menyertakan pengakuan dalam Rom. 10:10 karena memang hal tersebut adalah sebuah cara yang Allah pakai untuk menganugerahkan karunia keselamatan (bdg. “pertobatan yang memimpin kepada hidup dalam Kis. 11:18). Namun Paulus sama sekali tidak mengatakan bahwa ini adalah cara yang perlu dilakukan untuk menerima keselamatan. Dengan penulisan yang ditujukan kepada jemaat gereja yang kebanyakan adalah orang dewasa yang baru bertobat menjadi Kristen, Paulus berbicara dari perspektif pengalaman mereka untuk mendorong mereka menolong dia dalam meneruskan pengalaman yang sama akan keselamatan kepada yang lainnya, terkhusus di Spanyol (Rom. 15:24,28). Dia tidak menyangkal kalau anak-anak mungkin akan memiliki pengalaman keselamatan yang berbeda. Banyak teolog, termasuk John Calvin, meragukan kalau anak-anak kecil dan bayi diharuskan untuk memiliki iman sebelum mereka diselamatkan, paling tidak dalam definisi “iman” sebagaimana yang selama ini kita gunakan yaitu memiliki konten formal secara kognitif, kesadaran, persetujuan, dll. Kematian bayi adalah contoh konkret akan hal ini.
Bagi anak-anak anda, saya akan meyakinkan mereka bahwa mereka telah selamat jika mereka percaya akan Injil dan Allah sebagai Juru Slamat. Peristiwa di masa lalu berguna untuk mengingatkan dan membuat pengakuan publik, namun apa yang benar-benar penting adalah apa yang mereka yakini dan siapa yang mereka percayai saat ini.
Ra McLaughlin is Vice President of Finance and Administration at Third Millennium Ministries.