Pasangan atau Pelayanan?

Pertanyaan

Mana yang lebih didahulukan, pasangan atau pelayanan misi? Jika misalnya, seorang wanita muda “terpanggil” untuk terlibat dalam ladang pelayanan misi internasional sebagai vokasinya namun kemudian bertemu dengan seorang pria muda yang tidak merasakan “panggilan” yang sama, apakah berdosa bagi wanita muda tersebut untuk menikah untuk mengikuti pria tadi dan bukannya tetap hidup melajang dan melanjutkan melayani di luar negeri? Apakah panggilan atas keluarga setinggi atau lebih tinggi dari panggilan atas pelayanan?

Jawaban

Tidak ada jawaban universal yang mudah atas pertanyaan ini. Rencana Allah bagi setiap kita berbeda. Pernikahan adalah panggilan yang tinggi, demikian pula pelayanan. Ada kalanya, setimpal untuk mengorbankan yang satu untuk kepentingan yang lainnya.

Misalnya, Paulus tetap melajang, dan saya melihat bahwa dia melakukan pengorbanan ini untuk dapat memperluas jangkauan pelayanannya; dia berbicara tentang istri sebagai “hak” yang pantas dia miliki, dan dia sampaikan ini dalam konteks pengorbanan yang dia lakukan bagi pelayanan (1 Kor. 9:5). Di sisi lain, ayat yang sama memberitahukan kita bahwa Petrus dan yang lainnya yakin bahwa pernikahan lebih disukai.

Secara umum, pernikahan adalah rencana Allah bagi umatNya (Kej. 2:18; Ams. 18:22). Bahkan sesungguhnya, jika berdasarkan mandat ciptaan yang memerintahkan kita untuk memenuhi bumi dengan gambar-gambar Allah yang setia (Kej. 1:27-28), maka kebanyakan orang Kristen seharusnya menikah dan memiliki keturunan. Inilah alasan Hawa diciptakan sebagai “penolong” bagi Adam (Kej. 2:18) — Adam tidak akan mampu memenuhi bumi tanpa seorang istri (bdg. 1 Kor. 11:11-12). Sepanjang pemahaman anak-anak adalah berkat perjanjian, dan sejauh kita seharusnya mencari berkat Allah, maka pernikahan penting bagi hidup Kristen ideal. Adalah sebuah pengecualian bagi perintah ini saat seorang Kristen terpanggil untuk mengorbankan semua berkat ini demi kepentingan pelayanan tertentu.

Namun pengecualian seperti ini ada. Jika anda merasa bahwa Allah sungguh menginginkan anda berada di ladang misi, dan Allah memanggil anda untuk meninggalkan berkat terbesar dalam hidup demi kepentingan misi tersebut, maka seharusnyalah anda berada di ladang misi ini. Kesulitan dan penderitaan demi kepentingan gereja adalah hal yang sangat terpuji (mis., Ef. 3:13; kol. 1:24; 1 Yoh 3:16).

Apapun keadaannya, apakah anda menikah atau tidak, jangan terjun ke dalam pelayanan misi jika anda tidak yakin tentang hal tersebut. Ujilah dengan seksama panggilan yang anda rasakan tentang ladang misi terkait. Apakah dorongan ini jelas dari Roh Kudus? Apakah anda memenuhi syarat untuk melayani dalam kapasitas ini? Apakah berkat bagi orang lain yang timbul karena kehadiran anda di ladang misi ini lebih besar dari berkat bagi orang lain yang akan anda berikan sebagai istri dan ibu? Yang mana yang akan paling membantu menumbuhkan kerajaan Allah? Apakah anda memang menerima “panggilan” ke ladang pelayanan misi ini, yaitu, apakah ada seseorang yang sudah meminta anda untuk pergi ke ladang misi di tempat tertentu untuk mengerjakan tugas tertentu? Atau apakah anda hanya terbeban dengan sebuah hati untuk misi, namun tidak tahu apakah memang ada seseorang yang sungguh membutuhkan anda secara khusus? Apakah ada orang lain yang telah mengkonfirmasikan karunia anda memang tepat untuk tugas pelayanan misi terkait? Banyak yang terjun ke pelayanan misi dan jenis pelayanan lainnya ketika sesungguhnya jawaban mereka atas pertanyaan yang saya ajukan sebelumnya ini menunjukkan bahwa seharusnya mereka lebih tepat untuk tinggal di rumah. Namun jika jawaban anda mengkonfirnasi untuk terjun ke ladang misi, maka anda dapat mempertimbangkan misi sebagai pilihan yang layak.

Dan terlepas apakah anda terjun atau tidak ke ladang misi, jangan menikah kecuali anda memang siap melakukannya dan telah menemukan orang yang tepat. Apakah anda siap untuk pernikahan? Apakah anda yakin orang ini memang yang tepat untuk anda nikahi? Apakah secara pribadi anda sepadan? Apakah dia pria yang saleh? Apakah anda wanita yang saleh? Apakah komitmen anda sama tentang iman dan nilai-nilai kehidupan (mis. cara anda mengukur keberhasilan, sasaran yang ingin anda capai)?

Saat mempertimbangkan pernikahan dan pelayanan misi, jika anda masih bergumul untuk memilih di antara kedua hal ini, bisa saja ini dikarenakan anda belum siap untuk keduanya. Jika anda benar siap untuk misi, mungkin anda tidak akan mempertimbangkan pernikahan dengan seseorang yang akan menghalangi hal tersebut. Dan jika anda sungguh siap untuk pernikahan, mungkin anda tidak akan melihat misi sebagai alasan untuk tidak menikah. Kedua hal ini adalah keputusan besar yang tidak boleh dijalani dengan sikap meremehkan.

Akhirnya, sebagai nasehat secara umum, saat mencari kehendak Allah bagi hidupmu, carilah nasehat dari banyak orang bijaksana yang mengenal anda dengan baik. Mereka akan mampu memberikan umpan balik secara jujur tentang karunia, talenta, kecenderungan anda, dll. Juga, bacalah Alkitab dan banyak berdoa. Semakin anda mengenal kehendak Allah dalam Firman, dan semakin anda berhubungan denganNya serta tunduk padaNya dalam doa, maka anda akan semakin mampu untuk membedakan mana kehendak Allah dalam beraneka situasi hidup anda.

Jawaban oleh Ra McLaughlin

Ra McLaughlin is Vice President of Finance and Administration at Third Millennium Ministries.

Q&A