Mengapa Alkitab dituliskan?

Pertanyaan

Apakah menurut Anda Alkitab dituliskan hanya untuk tujuan historis belaka? Bukti apa yang anda miliki bahwa para penulis punya maksud tertentu dalam menuliskan tentang aspek-aspek tertentu dari sejarah? Juga, apakah menurut anda perjanjian memegang peran penting dalam membuktikan bahwa Perjanjian Lama adalah kitab ilahi untuk tujuan tertentu? Ada rekomendasi buku lain untuk memahami hal ini?

Jawaban

Kami percaya bahwa semua kitab dalam Alkitab dituliskan untuk tujuan-tujuan tertentu selain hanya sekadar memelihara catatan sejarah, dan ada banyak alasan bagi kami untuk memercayai hal ini.

Pertama, beberapa kitab sebenarnya mencantumkan pernyataan tujuan untuk paling tidak bagian kitab tersebut (mis. Kel. 24:12; Ul. 28:58ff.; 31:19-21; Yes. 6:9-10; Yoh 20:31; 2 Pet. 3:1; 1 Yoh 2:12-13), dan juga komentar dari kitab lain tentang tujuan dari kitab-kitab lainnya (mis. Yosh. 1:8; 23:6ff.; 1 Kor. 10:11).

Kedua, hampir setiap kitab menjelaskan atau mengimplikasikan aplikasi hidup yang muncul dari fakta sejarah atau apa yang disampaikan oleh pengajaran kitab tersebut. Ketika penulis menerjemahkan dan mengaplikasikan data yang mereka hadirkan, maka mereka tidak lagi hanya sedang memastikan bahwa fakta sejarah terpelihara.

Ketiga, Alkitab dituliskan oleh orang-orang yang telah dipanggil Allah sebagai penuntun bagi umat Allah dalam memberikan pertanggung-jawaban atas perjanjian, dan yang turut bertanggung-jawab untuk memberitakan pesan-pesan yang seharusnya memengaruhi cara umatNya menjalani kehidupan mereka, berpikir, mengambil tindakan, dan merasakan perasaan mereka. Semua tulisan ini adalah bagian dari pelayanan mereka sehingga memang dirancang untuk menolong mereka menyelesaikan tujuan-tujuan tersebut.

Keempat, fakta bahwa segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, memperbaiki kelakuan, dll. (2 Tim. 3:16-17) mengindikasikan bahwa memang itulah tujuannya, dan bukan hanya untuk menyediakan data mentah.

Kelima, Alkitab bukanlah literatur ajaib, namun karya literatur manusia yang diilhamkan secara ilahi. Semua literatur manusia ditulis untuk satu tujuan, dan kami percaya cukup jelas terlihat bagaimana semua tujuan tersebut melampaui untuk hanya sekadar menjaga sejarah (misalnya Esra 4:14-15). Sekurang-kurangnya para penulis menulis agar sejarah yang mereka saksikan dapat dipelihara. Mereka mencoba untuk menjaga perspektif mereka sendiri atas sejarah, dan mereka mencoba melakukan hal tersebut untuk memengaruhi cara pembaca mereka memahami dan menerjemahkan sejarah tersebut. Keterlibatan penulis manusia bagi Alkitab dengan kuat mengimplikasikan adanya faktor ini dalam penulisannya.

Keenam, tidak ada satu kitab pun yang dapat menyampaikan semuanya (bandingkan (Yoh 20:30; 21:25). Pemilihan para penulis menunjukkan bahwa elemen yang mereka pilih untuk ikut disertakan amatlah penting untuk diketahui dan diingat. Beberapa elemen yang tidak mereka sertakan juga sangatlah penting, namun pada umumnya para penulis berasumsi pembaca mereka sudah tahu atau punya akses terhadap informasi tersebut (misalnya, setiap kitab tidak perlu mengulang informasi yang tercakup dalam kitab lainnya atau yang tersedia dalam kitab lainnya). Lagipula, para penulis sering mengasumsikan secara umum akan hal-hal yang penting dan tepat untuk konteks mereka, sedemikian rupa sehingga pembaca mereka akan memahami “Allah” mana yang mereka rujuk, dan juga bahwa pembaca mereka akan memahami asumsi teologis dan umum, dll.). Namun begitupun, kenyataan bahwasanya beberapa fakta sejarah tidaklah dirasa patut untuk ikut disertakan (misalnya, berapa langkah persisnya yang dibutuhkan oleh anak Israel usia empat tahun untuk menyeberangi Laut Merah?), mengindikasikan bahwa si penulis sudah mengambil keputusan akan informasi apa yang memang bernilai untuk ikut dimasukkan. Pemilihan atas apa yang ikut termasuk dan apa yang tidak mewakili penerjemahan dan proses pencatatan sejarah dengan cara yang jauh melampaui hanya untuk memelihara keakuratan historis.

Ketujuh, Allah sama sekali tidak tertarik untuk memastikan informasi sejarah yang akurat dan tidak bias hanya demi kepentingan sejarah yang akurat, tidak bias, dan memang terjadi secara historis – dan Allah sendirilah Pemberi Ilham dari seluruh tulisan Alkitab. Tentu Allah berpihak pada Allah. Allah bukanlah pihak netral. Dia mengilhami sejarah dan pengajaran agar hal tersebut dapat memberi dampak dan mengubah hidup kita, memimpin kita kepada Kristus dan keselamatan, menuntun kita masuk ke dalam relasi pribadi denganNya. Allah tidak mengilhami sejarah supaya umatNya nanya sekadar tahu apa yang terjadi di masa lampau tanpa persyaratan apapun bagi mereka untuk memetik pelajaran moral dan pembelajaran lainnya dari catatan historis itu (bandingkan Lukas 12:47-48; Rom. 3:1-2).

Tanpa pemahaman yang benar atas efek apa yang dimaksudkan oleh seorang penulis akan tulisannya bagi para pembaca, kita akan sangat sulit untuk mulai mengaplikasikan tulisan-tulisan tersebut atas kehidupan kita. Oleh karenanya, kebanyakan dari komentari yang baik akan secara tersurat menyampaikan maksud dari penulis terkait. Ada banyak buku tentang hermenetika dan interpretasi Alkitab yang juga membahas hal ini. Untuk sejarah Perjanjian Lama secara khusus (yang menurut saya paling mewakili ketertarikan lewat pertanyaan anda), saya sangat merekomendasikan He Gave Us Stories oleh Dr. Richard L. Pratt, Jr. (Presbyterian & Reformed Publishing, 1990). Buku ini memberikan garis besar dan pernyataan tujuan dari setiap kitab Sejarah Perjanjian Lama, dan menjelaskan dengan memakai istilah yang mudah dimengerti tentang bagaimana para penulis Alkitab memperlihatkan maksud mereka dan menuliskan sejarah untuk memberi dampak bagi kehidupan para pembaca mereka.

Jawaban oleh Ra McLaughlin

Ra McLaughlin is Vice President of Finance and Administration at Third Millennium Ministries.

Q&A