Tolong jelaskan tentang mitos api pencucian, seberapa tidak benarnya kah hal ini? Bukankah benar jika, begitu anda telah diselamatkan, maka berada di luar tubuh berarti berada bersama Tuhan? Lantas apa maksudnya tempat yang jauh yang Alkitab sampaikan dalam Lukas 16:23?
Doktrin api pencucian yang diajarkan oleh Gereja Katolik Roma tidak memiliki dukungan Alkitab yang cukup, sekalipun ajaran tersebut memang menarik bagi beberapa contoh alkitabiah tentang hukuman/disiplin sementara bagi orang percaya (mis. Bil. 20:12).
Namun beberapa contoh tersebut bukanlah mengacu pada hukuman sementara setelah kematian, dan paling tepat disebut sebagai alat untuk pendisiplinan (Ibr. 12). Konsep tersebut juga menarik bagi perikop seperti 1 Korintus 3:11-15, dimana Paulus berbicara soal api yang akan membinasakan pekerjaan manusia. Namun, dalam 1 Korintus 3:11-15 yang akan diuji oleh api adalah pekerjaan dari pendiri/pemimpin gereja, bukan pendiri/pemimpin gerejanya. Pekerjaan yang tidak didirikan di atas Kristus akan dilalap api, sementara yang dibangun di atas Kristus akan menerima upah surgawi (bdg. Mat. 6:20; 1 Kor. 9:17; 2 Yohanes 1:8). Diselamatkan “seperti melalui api” sederhananya berarti bahwa seseorang akan menerima beberapa harta milik/upah atau tidak sama sekali, seperti seandainya rumah orang tersebut habis dilalap api.
Doktrin api pencucian mengungkapkan ide Katolik Roma bahwasanya dosa-dosa ringan yang belum melewati pertobatan haruslah dihukum sementara waktu, dan hukuman sementara atas dosa-dosa yang belum sempat dibereskan sebelum seseorang meninggal haruslah dibereskan di api pencucian setelah orang tersebut meninggal. Kaum Protestan sebaliknya, dengan benar berargumentasi bahwa semua hukuman yang seharusnya diterima oleh orang percaya telah ditumpahkan atas Kristus di Salib, termasuk semua hukuman sementara (Rom. 8:1-4; Kol. 2:14; Ibr. 10:12-14; 1 Pet. 2:24). Sebab pengorbanan Kristus cukup dan efektif, kaum percaya tidak akan pernah menderita karena penghukuman Allah (sementara atau kekal), dan hanya menerima disiplinNya yang penuh kasih (Ibr. 12).
Sebuah ajaran yang penting yang menolak ide tentang api pencucian adalah kesatuan dengan Kristus. Kaum percaya dipersatukan dengan Kristus sedemikian rupa sehingga mereka menerima bagian kebenaran status Kristus di hadapan Allah (Gal. 3:16-29). Pengampunan sempurna dimiliki oleh semua yang dipersatukan dengan Kristus karena mereka mati bersama dengan Dia di atas salib (Rom. 6:3-4), dan karena hidup mereka tersembunyi di dalam Dia (Gal. 2:20; Kol. 3:3). Orang percaya diperhitungkan sebagai orang yang telah melunasi dosa-dosa mereka dengan tunai, sehingga Allah tidak akan pernah menghukum/menghakimi mereka atas dosa-dosa mereka (walaupun Dia mungkin saja mendisiplin mereka dalam kasih, bukan penghukuman).
Sekalipun benar bahwa kaum percaya harus menjalani kehidupan dengan pertobatan dan pengakuan dosa (1 Yoh 1:9), Allah juga tidak menyimpan catatan dosa-dosa mana yang telah diakui/mengalami pertobatan dan mana yang belum. Pengakuan dan pertobatan dalam hidup orang percaya adalah elemen penting dari pengudusan, tapi tidak ada relasi yang langsung antara pengakuan/pertobatan kita dan pengampunan kita. Bahkan, Yohanes mengajarkan bahwa hidup orang percaya ditandai oleh pertobatan dan pengakuan dosa, dan bahaw semua orang percaya menerima keuntungan dari pentahiran dan pengampunan. Sebagaimana Yohanes meyakinkan kita dalam 1 Yoh. 2:1-2, ketika kita berdosa Kristus sendiri bersyafaat bagi kita, memohonkan darahNya yang tercurah untuk membayar dosa kita (Ibr. 9:12-14). Doa syafaat Kristus bagi kita berkelanjutan terus dan efektif (Rom. 8:34), sama halnya dengan Roh Kudus (Rom. 8:26-27). Doa syafaat ini tidaklah membelokkan disiplin (yang muncul dari kasih dan kemurahan Allah), namun doa syafaat membelokkan semua penghukuman (yang muncul dari keadilan dan murka Allah).
Ketika kaum percaya lepas dari tubuh jasmaninya (meninggal), jiwa mereka berada bersama Tuhan di surga (2 Kor. 5:8). Tempat “yang jauh” di pangkuan Abraham (Lukas 16:22-23) cukup kontroversial, dengan adanya perdebatan atas natur dari perikop ini (apakah perumpamaan, atau peristiwa historis yang benar terjadi?). Apapun itu, kita bisa berargumentasi bahwa pangkuan Abraham adalah surga itu sendiri, dan neraka/hades ialah tempat bagi jiwa-jiwa terkutuk yang nantinya akan dilemparkan ke dalam neraka sebagai penghukuman terakhir. Sehingga, berada di pangkuan Abraham dalam perikop ini sama dengan berada bersama dengan Tuhan (karena saat ini Tuhan ada di sana, demikian juga Abraham). Tentu saja, saat Yesus mengajarkan hal ini, kenyataan ini belumlah benar bahwa berada di luar tubuh adalah berada bersama Tuhan sepanjang seseorang memahami Yesus Kristus adalah “Tuhan” yang dirujuk Paulus dalam 2 Korintus 5:8 – saat itu Yesus belum naik ke surga.
Ra McLaughlin is Vice President of Finance and Administration at Third Millennium Ministries.