Poligami Boleh?

Pertanyaan

Saya perhatikan Alkitab tidak berusaha mempermalukan para tokoh Perjanjian Lama karena memiliki beberapa istri sekalipun kitab Ulangan kelihatannya melarang hal tersebut. Mengapa Alkitab seakan-akan mendukung satu laki-laki, satu perempuan di satu bagian dan tidak mengutuk mereka yang memiliki beberapa istri? Bahkan disebutkan bahwa Daud berkenan di hati Allah dan dia jelas punya beberapa istri.

Jawaban

Anda benar, Alkitab sepertinya tidak mempermalukan para tokoh Perjanjian Lama karena memiliki beberapa istri. Bahkan, dalam kitab Tawarikh kelihatannya bahkan adalah berkat bagi seorang raja untuk memiliki banyak istri, mungkin dikarenakan keturunannya jadi berlipat ganda. Dalam Ulangan 17:17 Musa memerintahkan para raja untuk tidak beristri banyak, namun dengan tujuan agar hati mereka tidak berpaling. Mungkin, yang Musa maksudkan adalah jika para raja memiliki banyak istri, khususnya bangsa kafir, maka mereka kemungkinan dapat membuat hatinya terpaut kepada penyembahan berhala (sebagaimana yang terjadi pada Salomo [1 Raja-raja. 11:4]). Dalam Imamat 18:18 dia melarang menikahi beberapa saudara perempuan sekaligus, namun kelihatannya larangan ini mengindikasikan bahwa masalah yang akan timbul jika hukum ini dilanggar adalah persaingan antar saudari, bukan prinsip banyak istri secara umum. Namun tentang contoh Daud, tidaklah membantu. Daud memang berkenan di hati Allah (1 Sam. 13:14; Kis 13:22), namun dia melakukan banyak hal yang tidak sesuai dengan hati Allah, mis. dia membunuh Uria orang Hit setelah melakukan perzinahan dengan istri Uria Batseba (2 Sam. 11; baca khusunya 2 Sam. 11:27).

Sekalipun demikian, Perjanjian Lama, dan khususnya tulisan-tulisan Musa, tidaklah menganggap poligami sebagai standar ideal. Kejadian memberikan instruksi cukup jelas akan hal ini. Di wilayah Timur Dekat kuno, kisah narasi penciptaan digunakan untuk menunjukkan bukan hanya keadaan di masa lampau, namun juga bagaimana kondisi keadaan yang seharusnya. Secara umum hal ini dipahami dan diterima bahwasanya dunia diciptakan dengan keteraturan yang bertujuan, dan bahwasanya menyimpang dari tatanan tersebut adalah dosa. Dalam menuliskan narasi penciptaan kitab Kejadian, Musa mengadopsi perspektif yang sama, dan menggunakan narasi penciptaan ini untuk memotivasi bangsa Israel untuk kembali ke taman Eden, mis. Tanah Perjanjian, agar dapat menikmati berkat Allah dalam ciptaan yang dipulihkan. Memang mereka sungguh kembali ke Eden. Yesus sendiri mengadopsi bagian bacaan kitab Kejadian ini, dan dengan acuan khusus atas pernikahan dalam Matius 19:1-9. Di sana Yesus berargumentasi bahwa hukum Musa yang telah mengizinkan perceraian bukanlah standar ideal. Sebaliknya, yang ideal adalah tatanan yang Allah telah tetapkan dalam penciptaan. Dengan cara yang sama, hukum mengizinkan poligami, namun Kejadian 1-3 menunjukkan ini bukanlah standar ideal untuk dikejar. Tetap standar rujukan ideal adalah model penciptaan: satu laki-laki dan satu perempuan dalam sebuah relasi monogami. Patut dicatat juga tentang hal ini bahwa orang pertama yang menerapkan poligami dan dicatat di Alkitab adalah Lamek, si pembunuh (Kej. 4:19-24).

Sebagaimana yang diindikasikan Yesus dalam Matius 19, Allah tidak selalu menetapkan hukum yang mewakili standar idealNya dengan sempurna. Namun, dalam beberapa hal Dia mengakomodasikan hukumNya bagi umatNya (bandingkan Ul. 30:10-14). Bahkan Perjanjian Baru tidak mencantumkan pernyataan yang secara jelas melarang poligami - sekalipun tidak juga tercantum catatan yang mendukung poligami, dan memasukkan monogami sebagai hal yang ideal (1 Tim. 3:2; Tit. 1:6). Perkenalan atas poligami setelah Kejatuhan, dan kemajuan menuju monogami saat kita bergerak menuju pemulihan penuh akan kerajaan Allah menunjukkan bahwa poligami bukanlah rujukan standar ideal, dan semakin kerajaan Allah diwujudkan, hal ini semakin dilarang.

Jawaban oleh Ra McLaughlin

Ra McLaughlin is Vice President of Finance and Administration at Third Millennium Ministries.

Q&A