Alkitab mengatakan Allah tidak berubah (Mal. 3:6). Namun dalam 2 Raja-raja 20 Allah berubah pikiran. Mana yang benar?
Ketika kita berbicara tentang Allah yang tidak berubah kita sesungguhnya sedang berbicara tentang naturnya. Yesus Kristus tetap sama, kemarin, hari ini, dan sampai selama-lamanya (Ibr. 13:8). Secara teologis, hal ini disebut imutabilitas Allah (yang tidak dapat berubah) (Bil. 23:19; 1 Sam. 15:29; Yes. 46:9-11; Yeh. 24:14). Allah tidak dapat berubah dalam esensi, atribut, dan hikmat (atau rancangan)Nya. Sebagaimana yang disampaikan oleh James P. Boyce, “Yang dimaksudkan dengan imutabilitas Allah adalah Dia tidak mampu berubah, baik dalam hal rentang jangka waktu kehidupan, atau natur, karakter, kehendak atau kegembiraan.” Namun hal ini tidak berarti Allah tidak akan pernah berubah pikiran (Yer. 18).
2 Raja-raja pasal 20 berbicara tentang Hizkia yang mengubah pikiran Allah ketika Allah menghampirinya melalui nabi Yesaya, bin Amos. Dan lebih lagi, bagian tersebut menyingkapkan bahwa rencana Allah yang kekal tidak dapat diubah. Mari kita bagian itu:
2 Raja-raja 20:1-11, 21, 22:1 Pada hari-hari itu Hizkia jatuh sakit dan hampir mati. Lalu datanglah nabi Yesaya bin Amos, dan berkata kepadanya: "Beginilah firman TUHAN: Sampaikanlah pesan terakhir kepada keluargamu, sebab engkau akan mati, tidak akan sembuh lagi." Lalu Hizkia memalingkan mukanya ke arah dinding dan ia berdoa kepada TUHAN: "Ah TUHAN, ingatlah kiranya, bahwa aku telah hidup di hadapan-Mu dengan setia dan dengan tulus hati dan bahwa aku telah melakukan apa yang baik di mata-Mu." Kemudian menangislah Hizkia dengan sangat. Tetapi Yesaya belum lagi keluar dari pelataran tengah, tiba-tiba datanglah firman TUHAN kepadanya: "Baliklah dan katakanlah kepada Hizkia, raja umat-Ku: Beginilah firman TUHAN, Allah Daud, bapa leluhurmu: Telah Kudengar doamu dan telah Kulihat air matamu; sesungguhnya Aku akan menyembuhkan engkau; pada hari yang ketiga engkau akan pergi ke rumah TUHAN. Aku akan memperpanjang hidupmu lima belas tahun lagi dan Aku akan melepaskan engkau dan kota ini dari tangan raja Asyur; Aku akan memagari kota ini oleh karena Aku dan oleh karena Daud, hamba-Ku." Kemudian berkatalah Yesaya: "Ambillah sebuah kue ara!" Lalu orang mengambilnya dan ditaruh pada barah itu, maka sembuhlah ia. Sebelum itu Hizkia telah berkata kepada Yesaya: "Apakah yang akan menjadi tanda bahwa TUHAN akan menyembuhkan aku dan bahwa aku akan pergi ke rumah TUHAN pada hari yang ketiga?" Yesaya menjawab: "Inilah yang akan menjadi tanda bagimu dari TUHAN, bahwa TUHAN akan melakukan apa yang telah dijanjikan-Nya: Akan majukah bayang-bayang itu sepuluh tapak atau akan mundur sepuluh tapak?" Hizkia berkata: "Itu perkara ringan l bagi bayang-bayang itu untuk memanjang sepuluh tapak! Sebaliknya, biarlah bayang-bayang itu mundur ke belakang sepuluh tapak." Lalu berserulah nabi Yesaya kepada TUHAN, maka dibuat-Nyalah bayang-bayang itu mundur ke belakang sepuluh tapak, yang sudah dijalani bayang-bayang itu pada penunjuk matahari buatan Ahas… Kemudian Hizkia mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangnya. Maka Manasye, anaknya, menjadi raja menggantikan dia… Manasye berumur dua belas tahun pada waktu ia menjadi raja dan lima puluh lima tahun lamanya ia memerintah di Yerusalem. Nama ibunya ialah Hefzibah.
Dalam perikop ini, Allah memberikan penghukuman bersyarat. Hizkia tahu bahwa Allah sendirilah yang menentukan saat dimana pertobatan dapat membelokkan murkaNya (2 Sam. 12:22; Yoel 2:14; Yunus 3:9). Hizkia bertobat dan Allah menambahkan lima belas tahun atas hidupnya. Jika Hizkia tidak bertobat, maka Allah, sesuai dengan naturNya, akan menjalankan penghukumanNya secara penuh.
Allah tahu apa yang Dia kerjakan. Dia tahu akhir sejak awal mulanya (Yes. 46:10). Karena Diam aha tahu, Dia tahu firmanNya (termasuk semua peristiwa yang telah ditetapkan, sakit Hizkia, pendekatan Yesaya) akan memutar-balikkan Hizkia. Bagaimana kita dapat tahu akan hal ini? Penting untuk diperhatikan bahwa sepanjang “bonus” limabelas tahun ini, Hizkia memperoleh seorang putra yang dinamai Manasye yang nantinya menjadi raja saat berusia dua belas tahun. Mengapa hal ini penting? Manasye berada dalam garis keturunan Kristus yang telah ditetapkan sejak dulu sebelum dunia dijadikan (1 Pet. 1:19-20) untuk lahir dan mati bagi dosa-dosa umatNya (Rom. 5:15). Silsilah Kristus oleh Matius mencatat “Hizkia memperanakkan Manasye, Manasye memperanakkan Amon (Mat. 1:10). Tanpa pertobatan Hizkia, Manasye tidak akan diperanakkan dan silsilah Kristus akan binasa. Hal ini menyingkapkan bahwa rancangan Allah yang kekal pasti akan terlaksana dan bahwa Dia menggunakan penyebab sekunder (mis. ketaatan pada firmanNya, pertobatan, doa; baca juga WCF 5: Tentang Providensi) untuk memastikan bahwa rencanaNya pasti terlaksana. Hal ini juga menunjukkan bahwa Allah tidak mengubah rencana awalNya untuk mengakomodasi dosa yang lain. Rencana Allah tidak akan pernah digagalkan (Dan. 4:35; Maz. 115:3). Allah tidak dapat berubah dan berdaulat.
Perlu dicatat bahwa sebagian percaya bahwa Allah selalu menebak masa depan. Mereka berasumsi bahwa karena Allah membuat kesalahan maka Dia harus memperbaikinya. Teologi sesat ini disebut Teisme Terbuka (baca di bawah ini).
Topik Terkait:
Ilah Teisma Terbuka yang Selalu Menebak
Dr. Joseph R. Nally, Jr., D.D., M.Div. is the Theological Editor at Third Millennium Ministries (Thirdmill).