Apakah manusia terdiri dari tiga atau dua bagian?

Pertanyaan

Apakah manusia terdiri dari tiga bagian atau dua? Pandangan mana tentang manusia yang benar?

Jawaban

Louis Berkhof menyatakan:

Adalah lazim, khususnya di kalangan Kristen, untuk memperhitungkan manusia sebagai terdiri dari dua, dan hanya dua, bagian yang berbeda, yaitu, tubuh dan jiwa. Pandangan ini secara teknis disebut dikotomi. Namun, bersamaan dengan hal ini, ada pandangan lain yang muncul, yang menyatakan bahwa natur manusia terdiri dari tiga bagian, tubuh, jiwa, dan roh. Hal ini dikenal dengan istilah trikotomi. Pemikiran triparti manusia berawal dari filsafat Yunani, yang melahirkan relasi antara tubuh dan roh manusia sesuai analogi dari relasi timbal balik antara materi alam semesta dan Allah.

Ada banyak orang Kristen yang mendukung kedua kubu ini. Namun akhirnya hanya satu dari pandangan-pandangan tentang natur manusia ini yang benar. Lagipula, satu pandangan dapat menuntun menuju kesalahan saat sebagian ditetapkan dari filsafat dan bukan hanya Firman, sementara yang lainnya adalah kebenaran Injil.

Jawaban berikut ini diberikan oleh Robert Reymond, A New Systematic Theology of the Christian Faith. (Untuk perhatian, kata-kata asli Yunani/Ibrani telah dihilangkan)

Trikotomi

Kaum trikotomis harus mengakui, bersama dengan kaum dikotomis yang sependapat dengan Berkouwer, bahwa ada kalanya terdapat “ketidaktepatan” tertentu dalam penggunaan istilah yang relevan di Alkitab. Perhatikan saja beberapa kutipan Perjanjian Baru akan Ulangan 6:5, misalnya, untuk dapat melihat hal ini. Saat Lukas 10:27 menuliskan kita harus mengasihi Allah dengan segenap hati (kardia) dan jiwa (psyche) dan kekuatan (ischys) dan akal budi (dianoia), Matius 22:37 menuliskan bahwa kita harus mengasihi Allah dengan segenap hati dan jiwa dan akal budi, tanpa kekuatan, sementara Markus 12:30 melaporkan bahwa kita harus mengasihi Allah dengan segenap hati dan jiwa dan akal budi dan kekuatan (membalikkan urutan dua kata terakhir dalam tulisan Lukas), dan Markus 12:33 menuliskan kita harus mengasihi Allah dengan segenap hati dan pengertian (syneseos) dan kekuatan, yaitu dengan menggunakan kata yang berbeda untuk "akal budi" serta menghilangkan "jiwa". Secara keseluruhannya, lima kata berbeda digunakan bahkan tanpa menyebutkan tubuh sama sekali. Tentu, tidak akan ada yang bersikeras, berdasarkan beberapa kata tersebut dihubungkan oleh “dan,” bahwa masing-masing kata tersebut merujuk pada sebuah entitas yang bukan materi, yang secara keberadaan (ontologis) berbeda, sehingga oleh karenanya Lukas adalah penganut quinkotomis, Matius quadkotomis, dan Markus sexkotomis. Bersama dengan Berkouwer kita semuanya harus mengakui bahwa semua peringatan parallel ini hanya sedang menyampaikan bahwa kita haruslah mengasihi Allah dengan segenap dan keseluruhan keberadaan kita.

Sama halnya saya akan mempertahankan bahwa tiga ayat yang sering diajukan kaum trikotomis untuk mendukung pandangan mereka tidaklah melukiskan sebuah perbedaan ontologis antara “jiwa” dan “roh,” sesuai pemaparan berikut ini:

1 Korintus 15:44: Yang ditaburkan adalah tubuh alamiah [psychikon], yang dibangkitkan adalah tubuh rohaniah [pneumatikon]. Jika ada tubuh alamiah, maka ada pula tubuh rohaniah [yaitu, yang supernatural].

Di sini kaum trikotomis mendesak bahwa menganggap bahwa tidak ada perbedaan antara “jiwa” dan “roh” berarti juga menganggap bahwa tidak ada perbedaan antara tubuh sebelum kebangkitan dan tubuh kebangkitan. Namun persis karena jelas ada perbedaan di antara kedua tubuh ini, maka sama jelasnya ada perbedaan ontologis juga antara jiwa dan roh.

Namun, saya akan memperhatikan bahwa subjek yang terimplikasi dari kedua kata kerja (“ditaburkan,” “dibangkitkan”) adalah subjek yang sama, yaitu tubuh, dan kata yang sama, soma, yang digunakan untuk kedua kejadian, yang menyarankan tubuh yang samalah yang ditaburkan dan dibangkitkan. Jika kedua kata tersebut benar dimaksudkan untuk menyatakan entitas ontologis yang sama sekali berbeda maka tubuh yang dibangkitkan bukanlah tubuh yang sama yang ditaburkan. Paulus jelas bermaksud hanya ingin menyampaikan bahwa “tubuh berjiwa,” yaitu, tubuh yang atributnya cocok untuk hidup di dunia alamiah pada saat ini, juga akan diubahkan sehingga sebagai “tubuh rohaniah,” akan cocok untuk kehidupan dimana mereka yang telah terhubungkan dengan Kristus yang telah bangkit akan hidup dalam situasi Bumi yang Baru.

1 Tesalonika 5:23: Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya [holoteleis] dan semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita.

Kaum trikotomis bersikeras bahwa kata penghubung “dan” di antara “roh” dan “jiwa” dimaksudkan agar ke dua hal ini dipandang sebagai entitas terpisah. Namun saya akan mempertahankan, bahwa pertama, adalah sama berbahayanya untuk berargumentasi bahwa “roh” dan “jiwa” yang disebutkan di sini adalah entitas bukan materi yang terpisah, hanya berdasarkan kata “dan” di antara mereka, sebagaimana halnya dengan hati dan jiwa dan kekuatan dan akal budi dalam Luke 10:27 yang dianggap sebagai entitas bukan materi yang terpisah hanya karena pengulangan kata “dan” di sana. Kedua, kata keterangan “secara seluruhnya” dan kata sifat “seluruhnya” dalam ayat tersebut menyarankan dengan tegas bahwa penekanan dari ayat tersebut terletak pada orang Kristen, yang dalam hal ini disorot dalam keseluruhannya sebagai “manusia seutuhnya.”

Ibrani 4:12: Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita.

Di sini kaum trikotomis bersikeras, karena jiwa dapat “dipisahkan” dari roh, maka terbukti bahwa keduanya adalah entitas ontologis yang terpisah dan berbeda. Namun hal ini berarti mengabaikan fakta bahwa “jiwa” dan “roh” kata genitif (kepunyaan) yang diatur oleh kata kerja yang telah diubah menjadi kata sifat “memisahkan.” Ayat ini menyatakan bahwa Firman Allah “memisahkan” jiwa, bahkan roh. Namun tidak dikatakan bahwa Firman Allah memisahkan antara jiwa dan roh (yang membutuhkan kata lain seperti metaxu) atau memisahkan jiwa dari roh. Ayat ini hanyalah bermaksud menyampaikan hal ini saat melanjutkan mengatakan bahwa Firman Allah membedakan pikiran dan pertimbangan hati kita (sekali lagi, dua genitif yang diatur oleh kata benda "hakim"), bahwa pikiran dan pertimbangan adalah dua hal ontologis yang berbeda. Jelas, pertimbangan hanyalah satu jenis pikiran. Apa yang ayat ini sesungguhnya sampaikan adalah Firman Allah sanggup menembus sampai ke area paling dalam dari roh manusia dan membedakan pikirannya, bahkan maksud/pertimbangan rahasia hatinya.

Walaupun ayat-ayat ini tidak menawarkan dukungan atas pandangan trikotomi, namun pandangan yang salah atas hal yang menjadikan manusia telah dijadikan dasar penganutan pandangan lain yang juga salah dalam Kristologi (Apolinarianisme) dan dalam hal pengudusan (pandangan bahwa roh orang Kristen diregenerasikan, sementara jiwanya tidak, dan inilah kondisi yang menyebabkan ada pergumulan dalam dirinya untuk hidup dengan benar atau tidak benar).

Dikotomi

Kaum dikotomis menegaskan bahwa Alkitab mengajarkan elemen yang membentuk manusia adalah tubuh jasmani dan jiwa non-jasmani (atau roh) - dua entitas yang secara ontologis berbeda - yang berada dalam sebuah kesatuan yang berinteraksi secara misterius dan vital dalam apa yang Berkhof sebut “kesatuan hidup” (Louis Berkhof, Systematic Theology, Grand Rapids, MI: Eerdmans, 1932, p. 195). Dengan kata lain, manusia bukanlah semata-mata jasmani belaka dan bukan pula hanya roh semata namun sebuah dualitas-dalam-kesatuan dan kesatuan-dalam-dualitas yang menakjubkan. Pendukung bagi pandangan ini termasuk beberapa ayat berikut ini:

Kejadian 2:7: ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas [neshamah] hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup.

Pengkhotbah 12:7: dan debu kembali menjadi tanah seperti semula dan roh kembali kepada Allah yang mengaruniakannya. (Sepertinya ini adalah sebuah komentar atas Kejadian 2:7.)

Matius 10:28: Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka. (penekanan ditambahkan).

Di sini Tuhan kita memaparkan dengan jelas bahwa orang memiliki entitas yang dapat dibunuh oleh manusia. Dia menyebutnya tubuh (soma). Namun orang juga memiliki entitas lainnya yang tidak dapat dibunuh manusia. Dia menyebutnya jiwa (psyche). Dengan penggunaanNya akan kai kai, penyusunan paruh ke dua dari ayat tersebut, yang secara tata bahasa berarti “keduanya,” Yesus jelas mengajarkan bahwa ada dua bagian yang membentuk manusia, yaitu “tubuh” dan “jiwa.” Inilah alasan Dia dapat berkata kepada pencuri yang sedang sekarat, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.” (Luke 23:43; penekanan ditambahkan).

2 Corinthians 5:1-10: Karena kami tahu, bahwa jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini [tubuh] dibongkar, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga bagi kita [yaitu tubuh kebangkitan], suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia. Selama kita di dalam kemah ini, kita mengeluh, karena kita rindu mengenakan tempat kediaman sorgawi di atas tempat kediaman kita yang sekarang ini, sebab dengan demikian kita [yaitu jiwa kita] berpakaian dan tidak kedapatan telanjang. Sebab selama masih diam di dalam kemah ini, kita mengeluh oleh beratnya tekanan, karena kita mau mengenakan pakaian yang baru itu tanpa menanggalkan yang lama, supaya yang fana itu ditelan oleh hidup…Sebab itu juga kami berusaha, baik kami diam di dalam tubuh ini, maupun kami diam di luarnya, supaya kami berkenan kepada-Nya.

Filipi 1:21-24: Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah. Jadi mana yang harus kupilih, aku tidak tahu. Aku didesak dari dua pihak: aku ingin pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus--itu memang jauh lebih baik; tetapi lebih perlu untuk tinggal di dunia ini karena kamu.

Karena bukti ini, kredo Reformasi semuanya mengadopsi pandangan dikotomis akan manusia. Sekali lagi, Pengakuan Iman Westminster cukup untuk mengilustrasikan hal ini.

Tubuh manusia, setelah kematian, kembali ke tanah, dan membusuk: namun jiwa mereka, yang tidak mati dan tidak tidur, karena memiliki penghidupan kekal, langsung kembali kepada Allah yang memberikan: jiwa orang benar diterima masuk di surga yang tertinggi dan jiwa orang jahat dilempar ke neraka. Selain kedua tempat ini, Alkitab tidak mengakui tempat lain manapun, karena jiwa telah dipisahkan dari tubuh. (XXXII/i; penekanan ditambahkan).

Jelas bahwa Pengakuan Iman memandang manusia sebagai makhluk yang memiliki satu entitas ontologis yang memungkinkan mereka untuk mati dan membusuk. Alkitab menyebut entitas ini sebagai tubuh. Namun manusia juga adalah entitas ontologis yang lain, sehingga memiliki penghidupan yang kekal yang tidak mati dan tidak tidur ketika meninggalkan tubuh saat kematian. Alkitab menyebut entitas ini sebagai jiwa atau roh. Jelas bahwa Pengakuan Iman sesuai dengan Alkitab dengan tegas mengajarkan sebuah pandangan tentang manusia yang dikotomis.

Hal ini bukan menyarankan bahwa Kitab Suci tidak pernah bermaksud membedakan penggunaan dari “roh” dan “jiwa.” H. D. MacDonald dengan indah telah menangkap perbedaan nuansa antara “roh” dan “jiwa” saat dia menuliskan:

Bagaimananapun penggunaannya, kedua istilah merujuk pada natur batiniah manusia dan bukan daging atau tubuh, yang merujuk pada aspek lahiriah manusia yang berada dalam ruang dan waktu. Berarti, rujukan pada natur psikis manusia, “roh” menunjukkan hidup yang berasal dari Allah dan “jiwa” menunjukkan bahwa hidup yang sama sebagaimana diberikan dalam manusia. Roh adalah kedalaman batin dari keberadaan manusia, yang merupakan aspek lebih tinggi dari kepribadiannya. Jiwa mengekspresikan individualitas manusia yang istimewa dan berbeda. Pneuma adalah natur manusia yang bukan materi, yang melihat ke arah Allah; psikis adalah natur manusia yang sama melihat ke arah bumi dan menjamah hal-hal panca indra (H. D. MacDonald, "Man, Doctrine of," in Evangelical Dictionary of Theology, ed. Walter A. Elwell (Grand Rapids, Mich: Baker, 1984), 678).

Referensi

Berkhof, L. Systematic Theology. Grand Rapids, MI: Eerdman's Publishing Co, 1938.

Reymond, Robert. A New Systematic Theology of the Christian Faith (Revised and Updated). Nashville: T. Nelson, 1998.

Elwell, Walter A., ed. Evangelical Dictionary of Theology. Grand Rapids, MI: Baker, 1984, (678).

Jawaban oleh Dr. Joseph R. Nally, Jr.

Dr. Joseph R. Nally, Jr., D.D., M.Div. is the Theological Editor at Third Millennium Ministries (Thirdmill).

Q&A